KEBOHONGAN TERAKHIR
"Gue kakaknya Karel."
Tak satu pun di antara kami ada yang bersuara setelah kata itu diucapkan. Bahkan Karel sendiri membisu tanpa tanda-tanda akan memberikan tanggapan apa pun. Aku tak heran cowok itu bereaksi seperti itu, pengakuan Daryl barusan terlalu sukar dipercaya. Bagaimana mungkin kakaknya yang telah mati bersama kedua orang tuanya di masa lalu bisa hidup kembali? Apalagi setelah mayat mereka dibakar ...
Aku memerhatikan Karel dengan cemas. Jil turut melakukan hal yang sama. Lalu kami berpandangan dengan gelisah.
"Malam di mana Bernard datang ke rumah kita, gue kabur ke hutan." Daryl akhirnya memecah kesunyian. "Mungkin gue akan tetap di dalam kamar kalau ayah gak ngejatuhin kapal yang kita buat dari lego itu, lo ingat?"
Karel masih tak mengatakan apa pun, tapi air mukanya kini berubah. Ada keterkejutan jauh di dalam matanya yang menolak untuk percaya.
"Eto ya, Miskha."
"Net, ty izhesh." Karel membalas dengan dingin.
Daryl membuang pandangnya ke sisi lain, terlihat mulai frustrasi. "Orang yang udah nolong kita, dia ayahnya Jil, rekan kepercayaan ayah. Dia sengaja misahin kita untuk ngilangin jejak."
Karel sontak menoleh ke arah Jil, meminta penjelasan.
"Dia benar, Rel." Jil mendesah ringan, setengah meringis. "Semenjak hari itu, King diasuh keluarga gue di suatu tempat tersembunyi. Ayah lo sendiri yang minta itu demi keamanan kalian."
"Terus ayah gue nyuruh orang tua lo untuk ngebuang gue di dekat tempat sampah, gitu?" tanya Karel dengan suara getir.
"Itu demi menyamarkan jejak kalian, kalo ayah gue masih hidup dia pasti akan jelasin alasannya."
Karel terdiam sesaat. "Maksud lo?"
"Orang tua Jil juga dibunuh Bernard." Daryl menyahut datar.
"Itu cerita lain." Jil menyela, terlihat tak ingin membahas kisah yang satu itu lebih jauh lagi. "Intinya, gue sama King sengaja ngelakuin semua ini buat ngejebak bajingan yang udah ngerencanain pembunuhan orang tua kita."
Karel mengembuskan napas kuat-kuat, sepertinya emosi cowok itu masih belum mereda. "Sejak kapan lo ngerencanain semua ini?"
Jil menaikkan bahu sekilas. "Semenjak lo ngabisin Bernard dan mancing emosi adiknya. Dalam kasus ini, si Bari bukan cuma pion yang nyimpan dendam kesumat sama lo, tapi dia juga jembatan bagi kita untuk tahu siapa si dalang ini." Jil menarik kedua kakinya ke atas sofa, memasang pose bersila.
"Waktu gue mengekspos info tentang lo ke dia, Bari langsung bersekongkol dengan pihak Decode yang pastinya melibatkan atasan si Bernard, a.k.a si dalang itu. Sesuai prediksi kita, lo langsung jadi primadoni mereka. Dan selagi dua kubu itu sibuk ngejar lo, gue dan King nemuin beberapa nama pimpinan kartel narkoba yang terlibat kerjasama dengan pihak Decode. Tapi kita belum nemu yang mana dalang itu. Semuanya pernah terlibat perdagangan internasional dengan sindikat Rusia."
"Kenapa lo gak jelasin semua ini dari awal?!" tanya Karel berang. "Kalo lo mau jadiin gue umpan, seenggaknya lo gak perlu nyeret Tara dalam masalah ini."
Jil melirikku dengan raut bersalah. "Kita udah coba buat dia menjauh dengan hasutan lo berbahaya itu, tapi kayaknya percuma."
"Dalbayob."
"C'mon, Karel, gak satu pun dari kita bisa ngadepin hal yang nyangkut urusan cewek."
Mengabaikan kata-kata Jil, Karel kini beralih pada Daryl. "Kenapa lo gak langsung nemuin gue tanpa basa-basi kayak gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNAWAY (TAMAT)
ActionTara, seorang manajer cafe yang terjebak dalam rutinitas kehidupan monoton, bertemu kembali dengan cowok yang pernah menarik perhatiannya di masa lalu, Karel. Sedikit yang Tara tahu, pertemuan mereka pagi itu malah menyeretnya ke dalam sebuah kasus...