Setelah mengantar eunha pulang, jungkook langsung melajukan motornya menuju rumahnya.
Jungkook dengan lunglai menaiki tangga rumah, akses untuk menuju kamar. Jungkook langsung membaringkan tubuhnya setelah menutup pintu kamarnya.
Menatap plafon putih, pikirannya melayang akhir-akhir ini kepalanya sering terasa sakit dan pusing, terlalu banyak yang jungkook fikirkan.
Bukan seberapa banyak hal yang ia fikirkan, nyatanya ia juga mengakui bahwa hanya yeri yang ia fikirkan sampai kepalnya berdenyut nyeri.
Bukan eunha, gadis yang ia inginkan beberapa tahun ini. Di kepalanya hanya nama yeri entah apa yang gadis itu lakukan sampai jungkook tak henti memikirkannya.
Kejadian yang tadi ia alami tak semengejutkan dan seistimewa itu, ia hanya berpapasan dengan yeri yang sedang bersama deka dan tangan gadis itu yang... Melingkar sempurna di perut pria itu.
Yeri yang seolah tak melihat keberadaannya padahal sempat bersitatap. Tidak harusnya jungkook memikirkan hal sesederhana itu kan?
Jungkook mengusap kasar wajahnya, lalu bangkit dari posisinya berjalan ke dalam kamar mandi, ia butuh air dingin untuk menjernihkan fikirannya.
Jungkook berjalan menuruni tangga berniat menuju meja makan, setelah mandi yang ia rasakan adalah lapar, ia butuh makanan.
Jungkook duduk di salah satu kursi, di hadapannya sudah ada beberapa makanan yang dari baunya saja sudah membuat perut jungkook semakin keroncongan.
Jangan ditanya, meja makan keluarga jeon memang selalu sepi. Ayahnya seorang diploma mengharuskan ayahnya pergi ke berbagai negara tentu saja dengan di temani sang ibu.
Walau begitu jungkook tidak merasa seperti anak broken home ia mengerti kesibukan orang tuanya, walau tidak setiap weekend mereka ada di rumah tetapi jungkook tahu mereka bukan tidak ingin pulang, tapi ada kewajiban yang harus mereka lakukan.
Lagi pula setiap malam ia selalu mengobrol dengan orang tuanya entah voice atau video call, mereka cukup sering melakukannya.
Selesai menaruh piring bekas makannya di atas westafel jungkook duduk di sofa depan tv, jungkook mengeluarkan ponselnya memandang ruang obrolan dengan yeri.
Beberapa hari lalu ia rutin mengirim yeri pesan, entah apa yang ia lakukan jungkook juga tidak mengerti. Ia hanya ingin. Semua pesan yang ia kirim berakhir dengan centang satu berwarna abu.
Jungkook sangat yakin yeri telah mem block kontaknya, ia lupa menanyakannya tadi siang saat di sekolah, rasa gugup terlalu mendominasinya.
Sejujurnya walau eunha dengan guanlin sudah putus, hubungan jungkook dan eunha tidak ada bedanya. Hanya saja tugas mengantar pulang eunha yang semula di ambil guanlin kini pindah tangan ke jungkook.
Jungkook juga tidak melakukan pergerakan apapun, ia merasa nyaman dengan posisinya sekarang, dengan posisi eunha di hidupnya. Ia rasa sudah tepat.
Tapi jungkook merasa ada yang salah saat yeri tak mengambil perannya seperti saat 2 minggu yang mereka jalani.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE [SELESAI]
FanfictionBagi seorang kim yerim pembalasan cinta dari jungkook saja sudah lebih dari cukup untuk membuatnya bahagia. Tapi bagi jeon jungkook hal yang membuatnya bahagia adalah melihat jung eunha tersenyum. "kamu bukan sekedar angan, kamu juga bukan sekedar h...