10. Pembelaan Sederhana

292 68 5
                                    

Aaaa aku sedang sedih kawan😊 maka dari itu, aku----uwadaw pokoknya kalo ada kasar, vulgar, atau pokoknya gitu deh...mon maaf jgn komen karna ini hidup saya!

****

"Mau kemana lo?!" Hera berhenti berjalan, gadis itu menengok ke arah Axel yang tengah duduk sambil menonton televisi.

"Mau jual diri ke om-om!" ketus Hera, gadis itu tengah kesal ntah karna apa. Apalagi sekarang cewek itu sedang kedatangan tamu bulanan.

Axel tertawa, dan tawa itu---ntahlah yang pasti tawa itu sedikit menyeramkan bagi Hera.
"Ternyata Bara doyannya yang bekas yah,"

"Maksud kamu apa?!" geram Hera karna tak terima dengan ucapan Axel tadi. Apa Axel tak bisa membedakan antara serius dan bercanda? Ayolah, Hera tidak serius tadi, gadis itu hanya bercanda. Ia hanya ingin pergi ke bazar bersama Levin.

Axel berdecih pelan. "Cih! Gak usah sok polos, lo mantan Martinz kan?" cowok itu tersenyum miring menatap Hera yang bungkam. Tangan gadis itu mengepal, bahkan wajah cewek itu sudah memerah karna marah.

Drrt

Hera mengambil ponselnya yang berada didalam saku celananya, gadis itu tak membawa apapun termasuk tas.

        "Hallo Ra! Gua udah ada depan rumah Bara nih, lo keluar dulu aja!"

         "Oke! Kamu tunggu sebentar disana ya,"

Hera langsung mematikan sambungan telfonnya. Gadis itu langsung menatap Axel dengan tatapan dingin. "Kalo emang aku mantannya Martinz, salah?"

Axel tertawa lagi. "Kapan-kapan baca koran, jangan novel mulu!" cowok itu mematikan televisi lalu berjalan menaiki tangga meninggalkan Hera sendiri.

Hera tak habis fikir dengan ucapan Axel, masa bodo dengan tau dari mananya cowok itu. Hera melangkah berjalan keluar mansion untuk menemui Levin.

****

Bara dan keempat sahabatnya sedang berada di Apartmen milik Bara. Mereka semua sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mereka juga rencananya akan menginap bersama disana tanpa mau ada gangguan dari orang lain.

"Gimana?" Haikal merangkak kekasur mendekati Bara, Emil dan Ian yang sedang bermain ponsel.

Emil menengok. "Gimana apanya?!" tanya Emil dengan nada yang sedikit tinggi.

"Santai bro, kagak usah nge-gas gitu! Kamu kira aku ini pelakor mas?" ujar Haikal memelas, Alden mendelik tak suka kearah cowok itu.

"Woy Kal! Lo cowok apa bencong sih? Jijik tau nggak?!" memang, terdengar nada jijik dari Alden. Haikal mengelus dadanya sabar.

"Lo juga, lo temen gue apa bukan sih?!" ujar Haikal mendramastis.

"Udah!" bentak Ian merasa terganggu dengan aktifitas keduanya yang sangat unfaedah. Bara tertawa pelan menatap Haikal dan Alden yang bungkam dan enggan saling tatap sama sekali. Itulah kebiasaan keduanya, asal kalian tau saja Alden dan Haikal memang rada-rada tidak akur. Namun, jangan percaya! Karna itu musyrik kawan.

"Gimana apanya?" Emil sempat menghela nafas pelan sebelum bersuara kembali. Jujur saja, dia juga merasa sedikit terganggu dengan Haikal dan Alden yang kadang tak pernah akur seperti ini.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang