Jangan sengaja berlari agar dikejar, jangan sengaja bersembunyi agar dicari, karna berjuang tidak sebercanda itu.
_Bara Altair Gemavya
Hera, Zeen, juga Rumi sekarang sudah berada di aula, tempat yang akan dipakai untuk cerdas cermat. Hera sudah menjelaskan dari awal perihal tentang penyakitnya tadi. Zeen dan Rumi tak banyak bicara mengenai itu.
"Eh, eh, tanya bu Fatma tuh Her," ucap Rumi saat bu Fatma sedang berjalan kearah mereka.
"Aish, mungkin cerdas cermatnya di undur lagi," balas Zeen santai. Bu Fatma berjalan tergesa kearah mereka bertiga, sepertinya ada hal yang penting.
"Ada apa bu? Apa cerdas cermat di undur lagi?" tanya Hera saat bu Fatma sudah berada di hadapan mereka.
"Mungkin, soalnya pak Ginanjar sama bu Sofi sedang ada rapat dadakan dengan sekolah lain," jawab bu Fatma dengan nafas terengah. "Loh, emang kalian gak tahu?!" tanya bu Fatma.
Hera menggeleng, "Emang udah di umumin ya?"
Bu Fatma menghela nafas gusar mendengar itu, "Yang duluan tau itu Metta, mungkin dia sengaja buat gak ngasih tahu kalian. Metta kan iri akut sama kalian," ucap bu Fatma sambil tertawa kecil.
"Aish, dasar Metta gada ahlak!" cela Rumi tanpa dosa.
"Kamu ini Rum, yasudah, ibu cuma mau ngecek aja kesini. Ibu mau ke ruang guru lagi." pamit bu Fatma dibalas senyuman oleh ketiga perempuan itu.
"Huftt, kita ke kelas." ajak Zeen yang sedari tadi hanya diam tak ikut bicara.
Mereka bertiga akhirnya berjalan lemas melewati koridor menuju sekolah. Udah cape-cape belajar, malah gak jadi.
****
Gudang sekolah, siapa lagi penunggunya jika bukan sebagian dari anak-anak Dregends?! Oke mungkin hantu. Bara menatap Metta jijik karna Metta bergelayut manja di lengan Galang. Oke, mungkin efek dari mabuk berat. Metta salah satu anggota Dregends yang terkenal dengan kecantikannya, wanita itu juga menyandang sebagai primadona di SMA Binarty. Ryan berdecih, tak pantas Metta menjadi primadona sekolah.
"Lang, gak jijik lo sama dia?" tanya Emil sambil terkekeh.
Galang balas tertawa, "Nanggung anjir! Body nya kerasa," balas Galang membuat yang lain ikut terbahak.
Mereka memang jahat jika kalian tidak tahu, mereka bukan sekumpulan geng yang suka melakukan baksos atau bahkan memberi makanan kepada orang yang tidak mampu. Bagi mereka, itu semua hanya buang-buang waktu. Tak punya hati memang, tapi itulah Dregends. Di puja-puja orang bukan karna kebaikannya, tapi karna kegagahannya. Oke, orang-orang mungkin banyak memandang dari luar bukan dari dalam.
"Punya gue mau nggak?!" Galang tertawa mendengar tuturan dari Tasya. Terdengar murahan memang, tapi itu memang kelakuan asli perempuan dari anggota Dregends.
"Idih, apaan? Punya lo gak ada bagus-bagusnya," celetuk Jack.
"Kalo lo bisa sama Bara, nanti gue kasih hadiah," ucap Renan kepada Tasya sambil tertawa. Bara memutar bola matanya jengah. Sebagian mereka disini memang sedang mabuk, perlu di ulang bahwa mereka bukan orang baik-baik?
"Bara mah doyannya yang kecil-kecil kayak Hera gitu," teriak Haikal dari belakang sambil tertawa. Bara mendengus keras tak habis fikir dengan kelakuan para teman-temannya ini.
Tasya tertawa menanggapinya "Btw, emang bener berita tentang Bara satu atap sama... Siapa sih? Hera ya?"
"Baru tau lo, dugong?" Tasya mendengus tak terima dengan ucapan Varga. Perempuan itu mengambil botol yang berisikan wine didamlanya, Tasya meneguknya hingga habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA
Novela Juvenil"Baraaa, Hera gak tau kenapa bisa sesayang ini sama Bara," "See?" "Hehehe, ya nggak sih. Makasih ya udah selalu ada buat Hera, padahal Hera penyakitan," "Dan gue nganggep semua itu tugas gue." Hanya cerita biasa, menceritakan tentang ketua geng yang...