15. Kemunculan ratu Forza

295 51 1
                                    

Terdiam lama berarti bukan tak perduli, sayang pun bisa digantikan dengan amarah.

-Bara

Tepat pada jam 00.00, Bara datang membebaskan Hera dari tawanan geng Libra. Pada saat itu, Bara sangat marah. Terutama kepada Hera yang membuat Hera terus menangis tanpa henti. Namun, dengan Hera menangis itu tak akan membuat Bara luluh. Bara tetap marah kepada Hera yang menurutnya terlalu kekanakan dalam menyelesaikan masalah. Bara juga merasa telah gagal menjadi ayah untuk Hera. Padahal, Hera sudah menjelaskan secara rinci dari awal sampai dirinya terjebak di stasiun lama.

Penjelasan Hera tak berakhir sampai sana saja, karna pada saat perjalanan pulang Hera terus saja merengek kepada Bara agar Bara tidak marah. Namun semakin Hera tidak bisa diam, semakin Bara bersikap lebih dingin kepada Hera. Hera sudah tak tahan, gadis itu hanya bisa menangis walau Bara yang terus diam tak bergeming sedikitpun. Bara tetaplah Bara, bertindak terlebih dahulu tanpa memikirkan kebenaran yang ada.

"Aku mau mampir dulu ke apart-nya Kerin," kata Hera disela-sela kecanggungan. Perempuan itu masih sesenggukan, dia menyerah untuk menjelaskan kebenara yang ada kepada Bara. Disini Hera juga marah. Bagaimana tidak, Bara sempat menuduhnya yang tidak-tidak.

"Nggak," balas Bara terkesan dingin. Mata Hera memanas, tidak! Memang sudah sedari tadi mata Hera memanas. Gadis itu bingung sendiri harus melakukan apa, lebih baik menurut kepada Bara mungkin. Dia tidak berani jika harus melawan Bara, karna Bara ... Terlalu bahaya.

Bara menghela napas pelan menatap Hera yang mungkin sebentar lagi akan kembali menangis, "Lo udah makan?"

Hera menggeleng pelan, kemudian gadis itu memberanikan diri menatap Bara yang sekarang sedang menyetir mobil. Hera dapat melihat wajah Bara yang sedikit babak belur karna tadi Bara sempat berkelahi dengan Berren. Iya, yang tadi membawa Hera adalah sebagian anak Libra. Dan stasiun lama tadi adalah markas geng Libra.

"Kenapa nanya? Mau ngajak aku makan?" tanya Hera sembari menggapus kasar air matanya.

Bara tak menjawab, pria itu terus melajukan mobilnya hingga beberapa menit kemudian mereka berdua sampai di kediaman Bara.

****

Hari ini, hari yang sangat disukai oleh anak-anak SMA. Yakni hari Sabtu, hari dimana SMA Binarty libur sekolah. Dan ini juga adalah hari bahagia Hera namun ini juga hari terburuk Bara. Kemarin malam, Bara sudah berjanji kepada Hera untuk menemani gadis itu mencari tahu keberadaan ayahnya di Jakarta ini.

Hera kini sudah siap dengan pakaian santainya, begitupun Bara yang tadi juga sempat marah-marah kepada Bara. Mereka berdua berjalan beriringan menuruni anak tangga dengan Hera yang memeluk tangan Bara, Bara tidak marah ataupun melepaskannya. Pria itu hanya diam membiarkan Hera memeluk tangannya.

"Bara, kita mau kemana sekarang?" tanya Hera sembari membenarkan bando yang ia kenakan karna tadi sempat tersenggol oleh lengannya sendiri, kemudian gadis itu mendongak menatap Bara yang tinggi lebih dari Hera.

Bara balik menatap Hera, "Mau cari rumah bokap lo."

Hera mendengus, "Carinya kemana sayang ...? Eh, kayanya kita pergi lagi aja deh ke hotel Ganesha." ujar Hera antusias.

"Kemaren lo udah kesana," jawab Bara tanpa menengok kearah Hera. Mereka terus berjalan beriringan hingga tak sadar bahwa mereka sudah berada pada anak tangga terakhir.

Hera memutar bola matanya jengah, "Ya 'kan kemaren aku gak dapet informasi!"

"Apa bedanya sama sekarang?" tanya Bara santai.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang