24. Check Up

302 44 3
                                    

Mau tapi malu!

_HERA

🌚🌚🌚
#COMEL ngetiknya malem!

Hera memainkan kakinya bosan, perempuan itu menunggu Bara sedari tadi, padahal jam sudah menunjukan pukul satu siang. Tetapi Bara belum juga menampakan batang hidungnya. Hera sudah mencoba menghubungi Bara, tapi nihil! Bara tidak bisa di hubungi.

"Bara ganteng, Hera punya!" ceplos perempuan itu sambil tertawa melihat karyanya di lantai. Kemudian perempuan itu tengkurap lesu, rasanya sepi di rumah sebesar ini. Walau nyatanya, ada pelayan di setiap sudut ruangan. Tapi Hera sama sekali tidak akrab dengan mereka, asal kalian tahu, wajah para pelayan wanita di sini sangatlah tak bersahabat setiap kali melihatnya. Hera kadang juga bingung sendiri. Apa mereka benci sama Hera?

"Aaa Bara kenapa sih, hobinya bikin rindu?! Rindu itu berat!!!" gerutu Hera menjadi kesal sendiri.

"Karna gue ganteng." Bara melepas jaket kebanggaanya lalu melemparnya asal ntah kemana.

Hera terkesiap melihat Bara dengan tatapan kaget, "Aaa Baraaaaa tau aja Hera rindu!" Hera bangkit dari posisi tengkurapnya tadi, lalu perempuan itu berlari kecil menghampiri Bara.

"Apa?" ketus Bara saat Hera sudah berada di hadapannya.

Hera tersenyum lebar menampakan deretan gigi-gigi putihnya, "Peluk dongggg," rengeknya sambil merentangkan tangannya.

Bara mendengus, "Ogah!"

"Ish! Bara kok gitu, sih?" Hera hendak menghempaskan tubuhnya ke sofa, namun nasib naas malah menimpa dirinya. Perempuan itu tersandung kaki meja di sampingnya.

Hera terjungkal ke depan jika saja Bara tak menahan tangan Hera dalam rengkuhannya. "Hati-hati!" ucap Bara.

Hera membuka matanya perlahan saat menyadari dirinya tidak benar-benar jatuh, perempuan itu mendongak, matanya langsung bertemu dengan iris hitam milik Bara. Deg! Jantungnya berdebar tak karuan dalam posisi seperti ini. Jaraknya dengan Bara sangatlah dekat, sampai-sampai Hera bisa mencium aroma mint yang mendominasi tubuh laki-laki itu. Sungguh! Aroma mint itu sangat memabukan membuat Hera terdiam dan hanya ingin bersama Bara.

"Baraaa, deg-degan loh!" cicit Hera pelan.

"Baperan! Makanya hati-hati!" cibir Bara sebelum cowok itu menghempas pelan tubuh Hera ke sofa. Hera berdecak kesal, padahal perempuan itu sedang menikmati momen tadi.

Bara ikut duduk di samping Hera, menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

"Baraaaa,"

"Hm?"

"Ngapain di kantor polisi tadi?" tanya Hera sambil menatap Bara.

"Tanya-tanya aja," sahut Bara, sekarang laki-laki itu sedang sibuk dengan ponselnya. Memainkan game mungkin.

"Baraaaa, emang bener kalo yang tadi nyerang SMA kita itu Gardixen?" cicit Hera pelan.

Bara mengalihkan pandangan kepada Hera, "Iya, mulai hari ini, lo gak boleh keluar sendiri ataupun tanpa izin dari gue!"

"Kenapa?" tanya Hera masih dengan suara pelan.

Bara tak menjawab membuat Hera mengerutu kesal dalam hati. Hera teringat sesuatu, "Baraaa! Masa orang yang tadi ngejar Hera bilang buat bantuin Bara nyesel!" ucapnya sambil merubah posisinya menjadi bersila menghadap Bara.

Pandangan Bara semakin menajam, tapi cowok itu sama sekali tak menjawab. Hera lagi-lagi kesal dengan Bara. Kenapa sangat susah membuat Bara luluh atau bahkan jatuh cinta? Padahal hubungannya dulu dengan Bara sangat baik.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang