13. War Caffe Andara

284 56 4
                                    

Hallo! Ketemu lagi sama orang yang hobinya bikin bubur karna cita-citanya jadi penangkap ubur-bur😌😌😌

Bay the way, gimana kalian? Tebak-tebak alurnya yaaa😘

Siap baca non uwwu?!🔥🔥🔥🔥


_ALBARA_

Metta menatap pria paruh baya yang sedang duduk membaca koran tanpa rasa ada beban. "Pah, apa papah belum bener cerai dari istri papah yang dulu?" pria baruh baya itu memfokuskan pandangannya pada anak tirinya itu.

"Papah udah urus surat perceraiannya dipengadilan. Kamu tenang aja sayang, papah akan segera pisah dengan Rista." pria itu Herry. Ternyata Herry berselingkuh dengan ibu kandung Metta. Lihat, apa ini akan memperumit masalah?

"Janji ya pah, jangan tinggalin mamah." ujar Metta sambil memasang wajah so imutnya.

"Iya nak, papah gak bakal tinggalin mama kamu."

****

Bara serta anak Dregends lainnya tengah berkumpul di caffe Andara. Mereka semua sedang mengadakan makan bersama. Bara yang mentraktir anggota Dregends sepuasnya. Pria itu sama sekali tak berniat, hanya saja itu paksaan dari teman-temannya.

"WOI! MAKAN SEPUASNYA, BARA YANG BAYAR." teriak Haikal kepada anak-anak yang lain. Anak-anak Dregends membalasnya dengan acungan jempol. Bara mendengus menatap Haikal tak suka. Kenapa selalu dia yang mentraktir makanan? Padahal mereka juga punya uang.

"Heh minyak tanah! Yang punya duit Bara, kenapa lo yang cape-cape ngomong?!" kata Emil dengan kekehan diakhir kalimat.

"Bay the way dari kemaren Alden gak ada, dia kemana ya?" Haikal meminum satu persatu minuman yang sempat ia pesan tadi.

"Giliran ada aja, lo pada doyannya ribut. Mau lo apa sih?" kata Renan.

"Ck! Ngomen mulu lo bisanya!"

"Woy! Woy! Liat! Ada anak Libra woy!" seru Dian kencang. Sonta Bara dan anak inti Dregends yang duduknya paling pojok ikut menengok kearah Dian. Dian menunjuk kearah pintu caffe yang sekarang terdapat anak Libra yang menatap kearah mereka dengan tatapan memburu.

"Bakal ada war" gumam Ian tanpa disadari. Pria itu melirik kearah Bara yang masih diam tidak seheboh teman-temannya yang lain. Bara menatap balik Ian lalu tersenyum miring.

"Kalo mereka mulai duluan, baru kita bales." ujar Bara pelan. Namun anak-anak yang lain dapat mendengarnya.

Diseberang sana, ada Berren yang merupakan ketua geng Libra. Pria itu memakai jaket yang berlambang banteng di dada kirinya. Berren menatap satu persatu temannya. See, cukup untuk mengalahkan anak Dregends. "Siap-siap."

Caffe Andara itu cukup luas, caffe ini juga berlantai 4 yang memisahkan antara anak-anak dan orang dewasa. Caffe ini juga sepi pengunjung, dengan alasan caffe ini diperuntukan untuk orang-orang yang berkuasa. Dregends, mereka sudah lumayan dikenal oleh sekitar. Libra? Mereka pun sama. So, mereka perang disini pun tak akan ada masalah jika ada uang untuk jaminannya.

Para pengunjung caffe Andara mulai keluar satu persatu. Bagaimana tidak, dua geng dengan jaket yang cukup menandakan bahwa mereka bukan abal-abal. Sudah terlihat dari badan bahkan dari cara menatap seseorang. Itu yang menandakan bahwa mereka bukan orang biasa. Well, disana hanya tersisa para writers, geng Dregends dan geng Libra. Memangnya para pengunjung fikir kedua geng itu akan membunuh mereka hingga mereka harus kabur? Hahaha, mereka akan melakukan itu jika ada yang mengganggu ketenangannya.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang