Malammm. Selamat bermalam minggu bersama BaraHera bagi yang membacanya😭😭
Bay the way, aku denger-denger pesawat Sriwijaya jatuh ya? Dan katanya meledak di Laut? Terus peluang untuk orang yang selamet cuma dikit?😭
Kasian keluarganya ...
Huft! Ini pelajaran buat kita semua, mari kita doakan sama-sama☺☺Untuk Negaraku ini, semoga segera terbebas dari Covid-19
🙏🙏🙏****
Setelah pulang dari apartmen Bara, Hera sekarang berada dikamarnya. Gadis itu tengah termenung dengan kiriman bunga geranium tadi. Brighton? Siapa? Sungguh fikiran Hera sekarang malah melayang kepada Bara seakan melupakan niatnya untuk mencari tahu tentang Brighton. Ya ... Walaupun itu pasti tak akan memuahkan hasil apa-apa.
"Argh! Kenapa Bara mulu sih yang aku fikirin? Nggak! Nggak! Banyak masalah yang perlu diselesein! Jangan bucin gini dong ... "
"Aaa aku egois gak sih mikirin Bara mulu?" perempuan itu bergumam sendiri seakan dirinya sedang frustasi karna dilanda masalah. Padahal ... Ini bukan masalah yang terlalu besar bagi perempuan lainnya. Hera saja yang memang terlalu bucin dalam permasalahan cinta.
"Ah," rintih gadis itu saat merasakan kepala bagian belakangnya yang terasa sangat sakit. Gadis itu menekan kepalanya agar rasa sakitnya hilang. Entah apa yang sedang gadis itu fikirkan. Yang jelas ... Kepalanya sudah seperti ini sejak kejadian di caffe Andara bersama Rumi.
"Kenapa akhir-akhir ini kepala aku suka pusing ya?" gumam perempuan itu berusaha menerka-nerka apa yang sedang ia alami sebenarnya.
****
Bara berjalan menuruni anak tangga, pria itu memakai kaos hitam pendek dengan celana jeans selutut. Langkahnya yang tergesa membuat pria paruh baya yang sedang duduk tenang itu menengok kearah Bara. Tatapannya dingin, tak berekspresi, sama seperti Bara. Sepertinya akan sulit membangun percakapan diantara mereka.
Bara berjalan santai kearah sofa besar, lalu cowok itu duduk tanpa kata. Diantara mereka masih canggung hingga kedatanyan Axel membuat kedua orang yang berbeda umur itu menengok kearah tangga.
"Hai om, gimana kabarnya?" Axel tau bahwa mereka sedang dalam masa canggung, cowok itu berusaha membuat suasana tidak hening. Apalagi mengingat bahwa Bara dan pria itu pernah memiliki masalah.
Wira Alberts, pria yang baru menginjak kepala tiga lebih jyga merupakan adik Laksmana. Wira juga adalah salah satu pendiri Gardixen. Sifatnya sulit ditebak lebih condonh kepada Bara. Entah apa yang menyebabkan Wira berkunjung ke kediaman Bara. Padahal orang tua Bara sekarang sedang berada di London.
"Baik, bagaimana kabar Maxime?" Wira balik bertanya kepada Axel. Axel tersenyum canggung. Bukannya apa, Axel juga merupakan tipe-tipe orang yang sulit diajak berbicara seperti Bara walaupun lebih parah Bara.
"Kabar papih baik, tapi sekarang dia lebih sibuk ke pekerjaannya." jawab Axel, cowok itu melilik Bara dengan ekor matanya seakan memberi isyarat kepada Bara untuk berbicara terlebih dahulu kepada Wira.
"Haha, kenapa begitu canggung? Apa kalian takut denganku? Padahal aku hanya ingin menawari kau untuk masuk ke Gardixen." Wira melirik kearah Bara, kemudian pandangannya beralih pada Axel. "Kau juga son." lanjut Wira. Bara dan Axel diam tanpa ekspresi, apakah Bara memang harus bergabung dengan Gardixen sedangkan dirinya saja belum tau kebejatan apa saja yang ada di Gardixen?
"Maaf, saya tidak mau!" ungkap Bara dingin, Bara diam-diam mengirim pesan kepada Axel untuk menolak ajakan Wira. Bara akan mencari tahu terlebih dahulu tentang Gardixen. Dia jua masih penasaran dengan pendiri pertama Gardixen. Cello.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA
Teen Fiction"Baraaa, Hera gak tau kenapa bisa sesayang ini sama Bara," "See?" "Hehehe, ya nggak sih. Makasih ya udah selalu ada buat Hera, padahal Hera penyakitan," "Dan gue nganggep semua itu tugas gue." Hanya cerita biasa, menceritakan tentang ketua geng yang...