-Daun tak akan selamanya selalu terombang-ambing oleh angin, karna angin juga tidak akan selamanya bertiup-
-Herasya Salsabila
"Bu Fatma!" panggil Hera, guru perempuan itu memberhentikan jalannya lalu berbalik kebelakang menatap Hera sambil tersenyum.
"Iya, ada apa?" tanya bu Fatma dengan suara lembutnya. Bu Fatma memang terkenal sangat lembut kepada semua orang, walaupun orang itu tidak baik. Apalagi murid kesayangannya, pasti bu Fatma akan extra lembut.
Hera memainkan kedua tangannya gugup, "Mm Hera mau ikut cerdas cermat bu."
Bu Fatma tertawa kecil, "Iya Hera, ibu yakin kamu lolos. Tapi rencananya diundur jadi besok."
"Kok?"
"Iyah, hari ini akan diadakan rapat dadakan bersama kepala sekolah. Hari ini juga akan ada kedatangan para donatur yayasan kita," jelas bu Fatma membuat Hera melebarkan senyumnya.
"Jamkos dong bu, hehehe."
Bu Fatma geleng-geleng kepala, "Hera, Hera, kamu ini ya! Maunya jamkos mulu." decak bu Fatma sambil tertawa.
Hera ikut tertawa, "Ya harus dong bu, kan biar ada waktu buat ngapelin bebeb Bara."
****
Sekitar 30 orang anggota Dregends sedang berkumpul di rooftop SMA Binarty, diantaranya Bara dan kawan-kawannya. Mereka bosan jika harus terus selalu berkumpul di gudang sekolah, sekali-kali mereka berkumpul dengan tenang sembari menghirup udara segar dan melihat pemandangan di rooftop sekolah.
"So ... Siapa yang bakal ke New York mastiin keberadaan Martinz?" tanya Emil. Ini yang sedang mereka bicarakan, Ryan sudah mengetahui keberadaan Martinz yang sedang menemui ayahnya di New York.
"Hah? Ngapain ke New York segala?" Galang datang dengan beberapa bungkus nasi goreng ditangannya.
Haikal berdecak malas. "Mau jualin tahu emaknya si Jack!"
Merasa namanya dibawa-bawa, Jack langsung menengok kearah Haikal. "Emak gue jualnya ke Amerika!"
"Jauh-jauh amat, kenapa gak jualin ke gue aja? Nanti gue jual ke cewek-cewek, pasti banyak yang beli." Galang langsung berjalan kearah Varga lalu duduk tepat disampingnya.
"SERIUS ANJIR!" teriak Renan kesal. Ayolah, masalah ini bukan masalah sepele yang bisa diselesaikan nanti.
"Biar gue aja." Gino berujar tiba-tiba, refleks semua menatap kearahnya termasuk Bara.
"Lo serius?" tanya Bara.
Gino mengangguk mantap. "Disini yang gabung Gardixen cuma gue sama Ian. Lagian, lo semua juga pasti masih mau nyelidikin kasus bunga itu kan?"
Ryan mengangguk, "Gue setuju."
"Wess jangan lupa oleh-oleh nya bro!" seru Renan sambil merangkul bahu Gino yang sudah mendengus pasrah menatapnya.
"By the way, kapan lo berangkat?" tanya Alden.
"Nanti malem," jawab Gino santai.
"Udah-udah dari pada ngomongin yang serius-serius mending kita canda-canda, ya gak?" seru Haikal sambil berdiri dengan mulutnya yang masih mengunyah nasi goreng pemberian Galang.
"SAYANG APA-" teriakan Haikal terhenti kala seseorang datang dengan tampang tak berdosanya.
"Hai sayang." sapa Hera sambil cekikikan menatap semuanya yang cengo karna kedatangan dirinya yang tiba-tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA
Novela Juvenil"Baraaa, Hera gak tau kenapa bisa sesayang ini sama Bara," "See?" "Hehehe, ya nggak sih. Makasih ya udah selalu ada buat Hera, padahal Hera penyakitan," "Dan gue nganggep semua itu tugas gue." Hanya cerita biasa, menceritakan tentang ketua geng yang...