20. Ada Untukmu

302 47 3
                                    

Ini visual Bara dari sudut pandang aku yaaa💃 gimana? Ganteng tak?! Seperti yang di bayangin kalian?! Btw kalo ada yang ngeh, dia itu pemain senitron Mereor Garden mwehehe😭 huaaa ganteng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini visual Bara dari sudut pandang aku yaaa💃 gimana? Ganteng tak?! Seperti yang di bayangin kalian?! Btw kalo ada yang ngeh, dia itu pemain senitron Mereor Garden mwehehe😭 huaaa ganteng.

****

Mencintaimu tanpa memilikimu, itu bagaikan hompimpah tanpa alaiyum gambreng

_Herasya Salsabila


Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata sambil sesekali melirik Hera disampingnya yang tak sadarkan diri. Kebetulan sekarang jalan sangat sepi, mungkin para pengendara yang lain sedang istirahat di rumah masing-masih, toh juga ini sudah menunjukan hampir pukul satu malam.

"Jangan buat gue khawatir gini, Her," gumam Bara pelan. Namun matanya fokus menatap jalanan di depannya.

Beberapa menit kemudian, mobil Bara sampai di rumah sakit Wijaya Kusuma, Bara segera memarkirkan mobilnya di sembarang tempat. Laki-laki itu turun dari mobil dan membopong Hera masuk ke rumah sakit.

****

Bara masih mondar mandir, khawatir? Jelas. Tapi lidahnya menepis semua fikiran itu. Mereka berdua hanya sebatas orang saling tidak kenal. Jika hubungan mereka di sebut teman? Apa pantas? Sementara Bara tidak pernah mengibarkan bendera pertemanan pada Hera. Pacar? Big no! Karna di antara mereka hanya Hera yang mengibarkan bendera percintaan. Mungkin ini hanya takdir singkat yang mempersatukan mereka untuk sementara.

Klek

Pintu ruangan Hera terbuka dan menampilkan seorang dokter yang menatap Bara takut-takut. Mohon maaf, Bara yang punya rumah sakit ini. Tentu dokter itu takut salah bicara. Bara itu orangnya asal ceplos, kalo dia ngomong orang itu harus di pecat, maka orang itu memang harus di pecat.

Dokter perempuan itu bernama Genita, umurnya juga terbilang masih sangat muda.

"Gimana keadaan Hera?" tanya Bara terksesan datar walau di lubuk hatinya terdapat kekhawatiran besar terhadap Hera.

"Pasien mengalami ginjal kronis stadium akhir," jelas dokter perempuan itu gugup.

Bara tertegun sebentar, menatap kosong kedepan. Kenapa bisa? Itu pertanyaan yang muncul di otaknya sekarang. Ralat mungkin, karna sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul di otak Bara sekarang. Entah itu tentang penyebab Hera sakit, juga tentang dirinya yang sangat lalai dalam menjalankan amanah kedua orang tuanya untuk menjaga Hera.

"Apa bisa sembuh?" tanya Bara membuyarkan lamunannya sendiri.

Dokter itu menyerahkan amplop yang di dalamnya mungkin ada hasil lab dari pemeriksaan Hera tadi. Bara menerimanya dengan alis yang tertarik keatas.

"Pasien, membutuhkan donor ginjal. Tapi sangat susah untuk mencari pendonor ginjal yang pas," ucap dokter Nita menjelaskan. Bara mendengarkannya dengan seksama bahkan mungkin tak ada satupun kata yang Bara lewatkan dari dokter Nita.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang