6. Rumah Zarhan

1.7K 220 3
                                    

"Assalamu'alaikum." Salam laki-laki memasuki rumah diikuti Zinza di belakangnya.

Mata Zinza berkeliling melihat rumah megah itu, mata Zinza berfokus pada satu orang yang tidak asing dalam penglihatannya. Pria yang sedang berkutat dengan laptopnya itu langsung terhenti ketika melihat Zinza, sedangkan Zinza wajahnya tampak memucat melihat pria tersebut.

"Wa'alaikumussalam." Mata pria itu memicingkan matanya melihat Zinza yang semakin menunduk.

"Zinza?" Tanya pria itu menatap laki-laki yang menolong Zinza.

"Dia mau dijual sama ibunya kekakek-kakek, dia dikejar-kejar sama orang suruhan kakek itu, terus minta tolong sama Zarhan pa." jelas Zarhan.

"Adisti mau menjual kamu? Keterlaluan. Sekarang di mana mama kamu?" pria itu langsung bangkit dari duduknya.

"Maaf om Haris, Zinza selalu merepotkan om. Zinza mohon om, tolong cari mama Zinza, mama dalam pengaruh alkohol. Zinza takut terjadi sesuatu." Pinta Zinza.

Haris menatap Zinza yang menatapnya dengan tatapan memohon, Haris menarik nafas dalam. "Okay om bakal cari mama kamu, tapi dengan satu syarat."

"Kamu jangan bolos, jangan bikin masalah di sekolah, siap?" Tanya Haris.

Zinza menunduk. "Zinza enggak janji. Tapi, Zinza usahain." Haris tersenyum, kemudian mengusap kepala Zinza.

Setelah Haris berangkat beberapa menit yang lalu, keadaan antara Zarhan dan Zinza menjadi hening. Belum ada yang membuka suara diantara mereka, Zarhan duduk di sofa sedangkan Zinza masih diam di tempat, belum ada pergerakan.

Zarhan menatap Zinza yang masih diam di tempat. "Lo mau ganti baju? Baju lo kan basah keujanan. Tapi di sini enggak ada baju cewek." Ucap Zarhan.

Laki-laki itu terlihat berpikir. "Oh iya! pake trening gue aja yang udah kecil sama hoodie, tunggu gue cari dulu. Duduk aja gue enggak lagi ngehukum lo berdiri depan tiang bendera kok." Lanjut Zarhan yang diakhiri dengan kekehan.

Zinza segera duduk setelah melihat Zarhan yang menaiki tangga, mata Zinza berkeliling melihat-lihat ruang tamu. Banyak foto om Haris bersama Zarhan, Zinza sedikit terkejut mengetahui bahwa om Haris adalah papa dari Zarhan, pasalnya selama om haris dan abinya bersahabat Zinza baru tahu saat ulang tahun perusahaan om Haris bahwa Zarhan adalah putra seorang Haris Herdiawan.

"Nih!" Zarhan memberikan celana trening hitam dan hoodie putih miliknya.

"Lo gantinya di sana, kamar tamu sebelah tangga. Lo kalo mau istirahat juga di kamar itu aja, kamarnya bersih kok bi Iyem bersihin setiap pagi, tapi seminggu yang lalu terakhir dibersihin, bi Iyemnya pulang kampung." Lanjut Zarhan menunjuk pintu berwarna putih.

Zinza mengangguk menerima pakaian itu. "Btw thanks ya Han."

Setelah Zinza masuk ke kamar tamu Zarhan mengacak-acak rambutnya. "Kenapa sih gue jadi gini di depan dia. Aaarrggh."

***

Zinza tadinya berniat keluar kamar, karena ingin menyimpan piring kotor yang awalnya berisi nasi goreng yang Zarhan bawakan ke kamar yang ditempati Zinza. Tapi saat Zinza ingin membuka pintu sepertinya banyak teman Zarhan di luar, terbukti dengan adanya suara laki-laki. Tidak mungkin kan itu om Haris? Dari suaranya saja sudah beda.

Zinza membuka sedikit pintu kamar, dari celah itu Zinza bisa sedikit mengintip. Benar saja di luar banyak teman-teman Zarhan, hanya Ilyas teman Zarhan yang Zinza tahu sedangkan sisanya Zinza tidak tahu, apalagi posisi sofa itu membelakangi pintu kamar tamu di rumah Zarhan, membuat Zinza tidak bisa melihat jelas wajah teman-teman Zarhan.

"Gue harus ke dapur, mumpung mereka lagi serius ngobrol, tenggorokan gue udah seret banget." Gumam Zinza.

Zinza membuka pintu perlahan, dan keluar dengan mengendap-endap. Setelah berhasil sampai dapur Zinza segera menyimpan piring di wastafel, tidak ada waktu untuk mencuci piring sekarang, bisa-bisa nanti Zinza ketahuan. Zinza langsung mengambil gelas, dan mengambil air minum.

"Lo ngapain di sini?" Zinza menahan nafas mendengar pertanyaan itu, Zinza berbalik kemudian menunjukan gelas yang terisi air kepada Zarhan.

"Maaf ya, gue lupa gak sekalian bawain lo minum. Baru aja gue mau bawaain lo minum."

Zinza menggangguk. "Om Haris pulang jam berapa? Belom ada kabar dari om Haris?"

"Kata papa sih dia udah nemuin mama lo, tapi kemungkinan bakal pulang malem, jadi papa nyuruh lo buat nginep di sini. Oh iya, gue mau maen sama temen-temen gue dan kayaknya bakalan pulang malem." Jawab Zarhan.

"Jilbab yang gue beliin pas kan? Dari pada lo pake kerudung basah, jadi tadi gue beli aja kerudung instan." Lanjut Zarhan.

"Iya pas, makasih Han." Dijawab anggukan oleh Zarhan.

"ohhh... jadi ini sepupu lo? Cantik juga, jodohin sama gue boleh enggak?" puji Gio, teman Zarhan yang datang ke dapur.

"Zinza? Sejak kapan lo sepupuan sama ini dugong? Eh lo tau gak? SMA Pancasila ngajak tauran kemaren, lo mau ikut gak?" pertanyaan beruntun itu keluar dari mulut Raja, bad boy SMA Atmosfer.

Zarhan menatap tajam Raja. "Ekhem, kalo lo lupa biar gue kasih tau jabatan gue lagi, gue ketua osis SMA Gema." Sindir Zarhan.

Raja menunjukan cengirannya. "Maap pak ketos, I am forget kalo Zinza udah bukan SMA Atmosfer lagi."

Gio yang tadinya diam seperti orang kepikiran kompor di rumah belum dimatiin langsung berteriak. "OHHH... INI ZINZA YANG JADI SELEBGRAM DADAKAN? YANG ENGGAK ADA FOTONYA TAPI BISA BANYAK PENGIKUTNYA?"

Raja berdesis. "Nanti gue lama-lama bisa budek kalo lo teriak-teriak gitu ngomongnya. Meuni ngahiung pisan yeuh (sampe berdengung nih)." Gerutu Raja, karena Gio berteriak tepat didekat telinga Raja.

"Ternyata cantik ya, cocok banget jadi calon makmum gue." Lanjut Gio yang langsung mendapat toyoran manja dari Raja.

"tirnyiti cintik yi, cicik bingit jidi cilin mikmim giwi." Sahut Erlang, yang tiba-tiba datang ke dapur.

"Gue mau ke kamar, permisi." Ucap Zinza dingin sambil membawa gelas berisi air.

"Lo sih datang, calom makmum gue kan jadi takut sama lo!! Zinza jadi bingung lo tuh cowok atau banci lampu merah!! Masih aja dipake tuh anting jelek!!" protes Gio kepada Erlang yang baru datang ke dapur.

"Han, biar gue aja yang cuci piring bekas Zinza. Kapan lagi gue nyuciin bekas makan bidadari, sebagai calon suami idaman gue harus nyuciin piring calon istri." Lanjut Gio membuat Zarhan, Raja dan Erlang menggelengkan kepala melihat kelakuan teman yang sepeti bukan teman tapi teman beneran kayaknya.

"Ada apa sih rame-rame di sini? Jadi kan? Langsung berangkat sekarang?" Tanya Ilyas yang baru datang ke dapur bersama Veon.







Yuhu... jangan lupa vote sama komen ya:)

Azinza [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang