7. Sakit

1.7K 209 6
                                    

Zarhan pulang saat jam menunjukkan pukul 11.30 malam, papanya –Haris- juga belum pulang karena berpesan akan pulang malam. Keadaan rumah benar-benar hening saat Zarhan memasuki rumah, hanya Zinza yang ada di rumah itu yang mungkin sudah tidur.

Zarhan melepaskan jaketnya dan melempar sembarangan ke sofa, Zarhan berinisiatif untuk memasak mi instan karena perutnya benar-benar sudah berdemo minta diisi. Mungkin dua bungkus mi instan cukup untuk memberi makan cacing-cacing di perutnya.

Zarhan berjalan ke dapur untuk mengambil mi instan, tapi gerakan Zarhan mengambil mi instan terhenti. Mata Zarhan menyipit melihat gadis bejilbab merah tengah tertidur di meja makan berbantalkan lipatan tangannya.

"Zinza mau ummi, Zinza kangen abi." Racau Zinza, gadis itu tertidur tapi air mata terus keluar membanjiri pipinya.

Zarhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Zarhan merasa serba salah, ingin membangunkan tetapi ia tak tega, jika Zarhan memindahkan gadis di hadapannya takut dia terbangun kemudian mengira Zarhan akan berbuat macam-macam.

"Zarhan, kok Zinza bisa tidur di situ?" Tanya Haris yang baru saja pulang.

Zarhan mengangkat bahunya. "Enggak tau pa, tadi Zarhan pergi ada acara sama temen-temen. Pas Zarhan pulang Zarhan laper jadi Zarhan mutusin buat masak mi instan, eh Zarhan malah liat Zinza di sini. Zinza ngigo-ngigo gitu, manggil-manggil ummi sama abinya." Terang Zarhan.

Haris mengangguk kemudian mendekati Zinza. "Dia sakit? Bisa ngigo gitu?" Tanya Haris.

Zarhan menggelengkan kepalanya. "Zarhan enggak tau, Zarhan enggak berani megang. Takut kebangun."

"Katanya anak PMR, masa orang sakit aja gak tau." Sindir Haris.

Zarhan memutarkan matanya. "PMR juga harus meriksa dulu kali pa, emang anak PMR cenayang bisa tau dari kejauhan kalo orang itu sakit." Gerutu Zarhan.

Saat Haris akan menempelkan tangannya ke kening Zinza gerakannya terhenti ditahan oleh Zarhan. "Papa jangan pegang Zinza!!! Nanti Zinza marah di pegang cowok!!"

"Yaudah telpon dokter Indri."

Zarhan menatap papanya. "tapi kan kita enggak tau, dia sakit atau enggak pa." ucap Zarhan.

***

Zinza terbangun saat mendengar suara pintu ditutup, mata Zinza mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Zinza meraba benda dingin dikeningnya, matanya melihat jam di handphonenya yang diletakan di nakas samping tempat tidur yang sudah menunjukan pukul 05.00. Zinza berusaha untuk bangun, tapi kepalanya terasa sangat berat.

'kriet' suara pintu dibuka.

"Astagfirullah neng, baru bibi tinggal bentar." Seorang wanita tua, itu menghampiri Zinza dengan menggunakan mukena.

"Bi Iyem tadi tinggal mau sholat, untung aja bibi ke sini karena ngerasa enggak tenang." Lanjut bi Iyem.

Zinza menggigit bibir bawahnya. "Maaf ya bi Zinza ngerepotin, udah numpang ngerepotin lagi." Ucap Zinza.

"Enggak neng, enggak ngerepotin. Bibi Cuma khawatir aja." Sanggah bi Iyem.

"Zinza mau sholat, tapi kepala Zinza pusing banget berat."

Bi Iyem tersenyum. "Ayo bibi antar ke kamar mandi, kalo liat eneng tuh bibi kayak liat anak bibi, tapi anak bibi udah tenang di surga." Ucap bi Iyem.

"Maaf ya bi, Zinza jadi bikin bibi sedih." Ucap Zinza dengan wajah murung.

Bi Iyem menggeleng. "Enggak, jangan minta maaf terus neng nanti keburu abis waktu sholat subuhnya, yuk!"

Setelah berwudhu Zinza dan bi Iyem langsung mengerjakan sholat, Zinza sholat dengan mukena merah yang kemarin dibelikan Zarhan. setelah melaksanakan sholat Zinza langsung kembali ke tempat tidur, entah kenapa kepala Zinza terasa sangat berat.

'tok tok tok' mendengar ketukan pintu bi Iyem segera membukakan pintu.

"Saya mau liat Zinza bi, boleh saya masuk?" tanya Haris.

"boleh tuan." Jawab bi Iyem mempersilahkan Haris masuk.

Zinza berusaha untuk duduk saat Haris menghampirinya, Haris mengisyaratkan Zinza untuk tidak usah duduk. Haris duduk di tepi tempat tidur.

"Om baru aja dapet kabar kalo perusahaan om di kota lain lagi ada masalah, om mungkin di sana sekitar 2 harian gitu. Om enggak ngijinin kamu pulang ke rumah kamu sampai kamu sembuh, kamu sembuh dulu baru om ijinin pulang, demi kebaikan kamu." Jelas panjang lebar.

"Bi saya berangkat ya bi, Zinza om berangkat ya, assalamualaikum."

"waalaikumsalam." Jawab bi Iyem dan Zinza bersamaan.

Saat di pintu, langkah Haris terhenti kemudian berbalik. "Oh iya bi, saya nitip Zarhan ya bi kayaknya dia juga sakit." Ucap Haris.

Zinza melihat ke arah bi Iyem. "Bi, bibi liatin Zarhan aja dulu. Zinza udah enggak apa-apa kok, di istirahatin juga udah sembuh."

Bi Iyem tersenyum. "Yaudah, bibi ke kamar den Zarhan dulu ya neng, kalau butuh apa-apa panggil aja bibi." Ucap bi Iyem dijawab anggukan oleh Zinza.

Setelah bi Iyem keluar dari kamar, Zinza segera mengecek handphone nya yang dari tadi bergetar terus menerus. Banyak sekali notifikasi dari handphonenya, memang semenjak Zinza dibuatkan akun instagram oleh Lisa dan Syifa selalu banyak notifikasi dari handphonenya, sampai-sampai Zinza mematikan handphonenya karena kesal dengan suara notifikasi dari instagram.

Notifikasi yang pertama Zinza buka adalah notifikasi dari grup chatting, grup chatting yang Syifa buat dan diberi nama 'MISI MEMBUAT ZINZA RAMAH' membuat Zinza sedikit menyunggingkan senyumnya. Padahal hanya 3 anggota digrup itu tapi notifikasi paling banyak dari grup itu, entah apa yang mereka berdua bicarakan. Zinza langsung membaca chatting terakhir dari mereka.

MISI MEMBUAT ZINZA RAMAH

Syifa_Imut

Zinzaa

Zin?

Helow

Zin?

Lisasini

Bisa gak sih gak usah spam!! Berisik ganggu

Gue lagi foto endors terganggu

Syifa jelek!!

Syifa_Imut

Syifa Cuma mau nanyaa

Zinza mau ikut gak?

Besok

Maen

Sama Lisa jelek jugaa

Lisasini

BISA GA LO GA USAH NGEHINA GUE!!

Syifa_Imut

Kalo udah on langsung bales yaa

Bye

Lisasini

Awas aja besok kalo ketemu @Syifa_Imut

Zinza

Maaf y gue g ikt klian, gue lgi skt.

Setelah membalas itu Zinza langsung menonaktifkan handphonenya, Zinza harus cepat sembuh. Walau bagaimana pun Zinza menghawatirkan Adisti, Adisti sendiri di rumah.

Jika malam Adisti pulang dan tidak ada Zinza di rumah Zinza takut wanita itu membawa pria asing ke rumah. Zinza juga tidak mau banyak merepotkan om Haris dan Zarhan terus-menerus.






Azinza [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang