9. Niat

1.4K 210 2
                                    

Zinza sudah rapi dengan seragamnya, gadis yang biasanya jarang memakai dasi dan sabuk pun memakainya hari ini. Kalau bukan perjanjiannya dengan Haris, Zinza pasti tidak akan melakukan hal ini.

"Zinza, om harap hari ini kamu tidak membuat masalah di sekolah ya." Ucap Haris.

Haris baru pulang semalam, sekitar jam dua. Bahkan pria itu seperti tidak memiliki rasa lelah, sekarang sudah siap dengan pakaian kantornya.

"Om, Zinza izin pulang ke rumah lagi. Lagipula Zinza udah sembuh kok. Terima kasih atas semuanya." Ucap Zinza.

Haris menghembuskan nafasnya. "Baiklah kalau itu mau kamu, tapi jika terjadi hal seperti kemarin langsung telpon om atau Zarhan."

Zinza menunduk, ia merasa sangat tidak enak selalu merepotkan Haris. Apalagi setelah tau bahwa Zarhan putra Haris, Zarhan juga ikut Zinza repotkan.

Zinza tersenyum kemudian pamit kepada Haris. "Om Zinza berangkat dulu ya."

Zarhan menyalami Haris kemudian berjalan keluar rumah. Zinza berlari ke dapur, mencari bi Iyem.

"Nenek Zinza berangkat ya?" Kemudian mencium punggung tangan bi Iyem.

Haris dan Zarhan yang ternyata mengikuti Zinza ke dapur menyatukan alisnya.

"Nenek?" Tanya ayah dan anak itu kompak.

Bi Iyem tersenyum melihat Haris dan Zarhan yang diam-diam mengikuti Zinza. Apalagi ayah dan anak itu kompak bertanya dengan suara nyaring.

"Iya enggak apa-apa, kan usia bibi juga harusnya udah pantes dibilang nenek." Jelas bi Iyem.

Zinza memeluk bi Iyem. "Kalo nanti Zinza udah pulang ke rumah, boleh 'kan Zinza main ke sini buat ketemu Nenek."

"Coba bilang ke den Haris, tuh." Ucap bi Iyem, menunjuk Haris yang mengintip di balik pintu dapur.

Haris dan Zarhan keluar dari persembunyiannya, terbatuk-batuk. "Heh? Iya tidak apa-apa, pintu rumah ini selalu terbuka terbuka untuk kamu. Tadi saya batuk jadi saya mau ngambil minum enggak ngintip kok."

Zinza menatap Zarhan yang menggaruk hidungnya. "Gue mau anterin Papa, takutnya pingsan pas ambil minum."

Zinza menggigit bibirnya, saling menatap dengan bi Iyem, menahan tawa yang akan meledak. Dan benar saja, belum sampai tiga detik gadis itu sudah menyemburkan tawanya.

"Ayo Zin, nanti keburu telat." Ucap Zarhan dengan menyembunyikan wajahnya yang merah karena menahan malu sudah mengintip.

"Jadi Putri kaya dulu ya, ketawa kaya tadi. Abi kamu bakalan bahagia kalo kamu bahagia."

Zinza menahan nafasnya mendengar nama belakangnya disebut, sudah lama semenjak abinya meninggalkannya tidak ada yang memanggil Zinza dengan sapaan Putri.

Zinza tersenyum. "Zinza usahain, biar abi bahagia." Setelah berucap demikian Zinza langsung berjalan keluar rumah menghampiri Zarhan yang sudah siap.

Hanya keheningan yang tercipta di dalam mobil. Kedua insan itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Zinza yang sibuk memperhatikan jalan, dan Zarhan yang sibuk mengemudi.

"Ehem, lo masih sakit? Kalo masih sakit nanti bisa izin ke UKS aja." Ucap Zarhan memecah keheningan.

Zinza menggeleng. "Enggak kok, udah mendingan."

Zarhan mengangguk. "Zin, gue bukan orang yang taat agama. Bahkan sholat gue aja masih bolong-bolong, tapi pake jilbabnya niatin karena Allah ya." Ucapan Zarhan membuat Zinza termenung, sudah dua orang yang berkata seperti ini kepada Zinza.

"Zin, maaf ya gue kalo ngomong ceplas-ceplos, lo jadi bengong terus deh." Sesal Zarhan.

Zinza menggeleng. "Enggak, gue emang harus lurusin niat gue. Makasih udah ngingetin."

"Lo belom punya SIM 'kan?" Lanjut Zinza.

Zarhan menoleh kepada Zinza. "Iya mangkanya gue simpen mobilnya depan cafe yang ada depan sekolah."

"Katanya ketua OSIS." Sindir Zinza.

Zarhan memajukan bibirnya kesal. "Emang kalo ketua OSIS harus ngesot dari rumah ke sekolah? Kalo naik transportasi umum gue bisa telat, apa kata orang kalo ketua OSIS telat." Ucap Zarhan membela diri.

Di pertigaan Zinza harusnya turun, tapi Zarhan melarang Zinza. Dan terpaksa Zinza berjalan dengan menyembunyikan wajahnya, karena satu hal yang Zinza baru ketahui, pemegang akun 'lambe turah' SMA Gema bukan hanya Maya, tetapi banyak dari setiap kelas ada.

"ZINZAAAA!!!!" Teriak Syifa langsung memeluk Zinza. Syifa langsung menangis tersedu-sedu, Zinza mengerutkan dahi bingung.

Zinza menatap Lisa dengan tatapan bertanya. "Dia nangis gara-gara lo sakit."

Zinza mengusap bahu Syifa. "Gue udah sembuh."

"Bukan cuma itu, Zinza masuk ke lambe turah SMA Gema gara-gara berangkat bareng Zarhan. Kalo Zinza dibuli gimana Lisa?"

Lisa mengangkat bahunya. "Zinza gak mungkin dibuli, di SMA Atmosfer dia pasti udah dibekalin sama bad boy di sana buat ngelawan jamet Gema."

Syifa mengangguk, menarik ingusnya yang keluar karena menangis. "Zinza kita lawan jamet yu!"


Azinza [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang