Zinza memasuki kelas yang benar-benar berisik oleh pekikan suara siswi-siswi. Suasana seperti ini memang sudah biasa, apalagi jika guru yang mengajar di jam pertama memberikan PR. Zinza melepas headphone kuning yang semula berada di leher Zinza yang tertutup jilbab.Zinza meletakan tasnya di meja dekat jendela di sebelah Syifa. Gadis itu mengerutkan dahi bingung setelah dirinya melihat keadaan kelas.
"Ada apa?" Tanya Zinza entah kepada siapa pun yang mau menjawab pertanyaannya.
Juna menunjuk dirinya sendiri. "Gue gapapa, baik baik aja. Tumben bidadari nanya keadaan gue, hehe jadi malu." Jawab Juna yang terlihat salah tingkah.
'Plak' buku paket kimia milik Syifa sudah melayang tepat terkena kepala Juna.
"Eh maksud Zinza tuh 'ada apa kelas rame'!! Bukan nanyain keadaan Juna!! Kalo nanya keadaan itu 'Juna apa kabar? Juna sehat?' Begitu!!!" Ucap Syifa.
Juna menggaruk rambut belakangnya yang tidak gatal. "Emang bener gitu Zin?" Tanya Juna memastikan.
Zinza mengangguk membenarkan ucapan Syifa. Gadis berjilbab lebar itu menarik bangku kemudian duduk memperhatikan Syifa yang sedang mengerjakan PR yang seharusnya dikerjakan di rumah.
"Oh gitu, katanya sih mau ada siswa pindahan dari SMA Garuda. Liat aja di IG lambe turah SMA Gema."
Lisa menarik bangku yang akan di duduki Juna. Cowok itu mendengus kesal mengetahui bangkunya ditarik Lisa menuju meja Syifa dan Zinza.
"Mana ada Zinza liat instagram. Chat dari grup kelas aja sampe numpuk." Ungkap Lisa.
"Ohhh berarti chat dari gue belom dibaca sama sekali ya? Gue kira tanda centang dimatiin, jadi abu-abu terus." Ucap Juna dengan tampang bodohnya.
Syifa melebarkan matanya. "Tunggu, tunggu, tadi kata Juna ada murid baru dari SMA Garuda?" Tanya Syifa diangguki oleh Zinza dan Lisa.
"SMA Garuda banyak cowok jametnya!!" Teriakan Syifa membuat atensi murid XI MIPA 5.
"Berisik!"
Teguran siswi-siswi di kelas itu yang kompak sontak membuat Syifa mengatupkan mulutnya. Para siswi itu sibuk kembali dengan acara make upnya. Para cowok di kelas itu berdecak kesal dengan kelakuan siswi yang dominan berspesies jamet.
Sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi, membuat Zinza yang bosan mengeluarkan handphonenya. Saat data dinyalahnya benar saja apa yang Zinza tebak benar-benar terjadi, hpnya penuh dengan notif, mulai dari notif instagram, grup kelas, grup angkatan, juga dari grup yang berisikan Zinza dan dua orang gadis di sebelahnya, belum lagi notif pesan dari nomor yang tidak Zinza kenal.
"Calon makmum gue disini." Mata Zinza membulat sempurna melihat orang itu.
***
Sudah tidak ada semangat lagi dari wajah Zinza, walau pun wajahnya selalu datar tapi raut wajahnya sesekali terlihat sangat risih dan tidak nyaman. Kepindahan Gio ke SMA Gema, apalagi satu kelas dengan spesies manusia semacam Gio, sudah dipastikan hari-hari Zinza di Gema tidak akan tenang.
Piring berisi siomay di hadapan Zinza bahkan belum tersentuh sedikit pun. Zinza sudah terlalu kenyang karena celotehan tidak jelas cowok pindahan itu. Rasa laparnya seperti hilang begitu saja terbawa angin.
Zinza menghampiri meja di sebelahnya yang sepertinya mereka adik kelas Zinza. Piring siomay itu sudah berada di meja adik kelasnya.
"Makan aja! Belom gue makan, dari pada lo minta temen lo PJ sambil mohon-mohon."
Cewek berkuncir dua itu mengangguk sambil tersenyum sinis kepada temannya yang menolak memberikan traktir PJ. "Makasih kak." Zinza mengangguk kemudian berjalan kembali ke mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azinza [Selesai]
Spiritual"Percuma lo pake jilbab lebar, tapi suka bully orang! Enggak pernah diajarin sopan santun ya lo?!" "Gue pake jilbab bukan karena gue orang baik, gue berjilbab karena gue sayang abi! dan camkan ini mama gue emang enggak ngajarin sopan santun!!" Zin...