Zinza memakai gaun biru muda. Sederhana dan syar'i tetapi dapat membuat orang yang melihatnya terkesima.
Taman belakang rumah Haris telah disulap. Sangat indah, apalagi memang acara itu banyak mengundang teman-teman Zinza dan Zarhan.
"Wah selamat ya... udah legal temennya Syifa. Udah bisa bikin KTP." Ucapan selamat dari Syifa membuat Zinza menyunggingkan senyumnya.
"Selamat Zinza... udah tujuh belas tahun. Gue doain semoga sakinah mawadah warohmah."
'Plak'
Syifa menatap tajam orang yang tidak ia kenali. "Temen Syifa bukan lagi nikahan!!"
"Maaf ya bang Raffa, temen Zinza memang agak ganas."
Syifa melirik tajam Zinza. "Zinza kok gitu... Lisa kita cari makanan aja yu!" Tarik Syifa.
"Ih-ih gue lagi live ige." Lisa hanya bisa pasrah saat Syifa menarik Lisa.
Raffa tersenyum maklum. "Iya, santuy. Zinza maaf ya, gue gak bisa nyuruh Gio dateng. Tuh bocah emang rada-rada, dikiranya lo bakalan nikah sama si Ilyas itu."
Zinza mengerutkan dahinya. "Kok dia bisa mikir gitu bang?"
"Katanya Gio sih, bokap lo mau jodohin lo sama Ilyas. Terus pas lo kasih undangan, bocah gila itu mungkin ngiranya lo bakalan nikah."
Zinza menganggukan kepalanya. Padahal ia berharap Gio datang, entahlah, mungkin karena terbiasa Gio selalu berada di sampingnya membuat hari-hari Zinza malah terasa sepi. Padahal awlanya Zinza sangat risih bila Gio berada di sekitarnya.
"Yang mau dijodohin sama keluarga Ilyas itu adek gue bang, Zarhan. Sama adeknya Ilyas, Fatimah. Bukan gue sama Ilyas."
Raffa menggelengkan kepalanya. "Bego emang tuh bocah. Hpnya aja gak bisa di hubungin sama sekali, mungkin udah ganti hp dia, atau ganti nomor."
"Eh bang, di sini juga?" Raffa menolehkan wajahnya ke asal suara.
"Eh iya nih Han. Tapi gue gak lama nih, ada acara laen, btw selamat ulang tahun ya." Jelas Raffa pada Ilyas.
"Iya bang makasih, gak makan dulu? Banyak makanan loh di dalem." Tawar Zarhan.
"Wah, sayang banget gue lagi buru-buru. Sekali lagi habede buat kalian berdua. Maaf nih Han, gue gak bawa hadiah buat lo, cuma bawa buat Zinza aja." Tolak Raffa.
Raffa mengendarai cepat mobilnya, sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk memegang handphone. Mencoba menghubungi seseorang yang membuat Raffa geram.
"Halo bang, ada apa? Jangan hubungin gue sekarang-sekarang please."
'Pip'
Telpon dari Raffa langsung diputuskan sepihak oleh orang di sebrang telpon. Raffa menepuk dahi, bisa-bisanya adik sambungnya itu bertingkan bodoh.
Jika saja Zinza tidak mengembalikan jaket Gio, mungkin Raffa pun tidak tau yang sebenarnya terjadi. Raffa berdoa semoga saja ketika Gio pulang nanti, gadis yang disukai adiknya belum sold out.
***
Gio menyimpan handphonenya di laci nakas samping tempat tidurnya. Setelah mengangkat telpon dari Raffa, Gio kembali termenung.
Gio sebenarnya tadi sempat melihat chat dari Zinza. Tahu bagaimana perasaan Gio saat kontak yang ia beri nama 'Calon makmum' mengiriminya pesan? Gio sangat senang. Tapi kesenangannya itu hanya sesaat. Selebihnya? Gio langsung terdiam saat pesan di bawahnya berisi undangan.
'Drttt'
'Drttt'
'Drttt'Getaran handphone di saku celananya membuat Gio merogoh dan membuka cepat handphonenya. Handphone baru yang sengaja Gio beli untuk meninggalkan kenangan di handphone lamanya.
Orang aneh
Gio beneran gak mau jemput aku?Orang aneh
Gio, aku sendiri di halteOrang aneh
Gio, aku takut sendiriGio menghembuskan nafas kasar. Laki-laki itu mengetikan sesuatu di handphonenya.
To : orang aneh
Tunggu, gue datengGio mengambil jaket jeans yang tergantung. Jaket jeans adalah jaket kesukaannya, tapi jaket jeans ini juga yang membuat banyak kenangan dengan gadis yang disukainya. Gio melempar jaket itu, kemudian mengambil jaket kulit berwarna hitam.
'Mungkin ini saatnya melupakan seseorang yang sudah menjadi milik orang lain' batin laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azinza [Selesai]
Spiritual"Percuma lo pake jilbab lebar, tapi suka bully orang! Enggak pernah diajarin sopan santun ya lo?!" "Gue pake jilbab bukan karena gue orang baik, gue berjilbab karena gue sayang abi! dan camkan ini mama gue emang enggak ngajarin sopan santun!!" Zin...