Kumpulan cowok itu masih memperhatikan Zinza yang mengantarkan pesanan ke meja-meja pelanggan. Wajah datarnya yang dipaksakan ramah terlihat sangat kaku. Jujur saja mereka pun baru mengetahui Zinza yang bekerja di cafe ini, dan hal ini yang membuat kumpulan cowok itu terkejut. Bahkan Raja yang notabene nya sudah lumayan lama kenal Zinza baru mengetahui fakta itu sekarang.
Zinza mengantarkan pesanan terakhir ke meja Zarhan dan teman-temannya. Gadis itu juga mencoba tersenyum ramah, tapi hasilnya mungkin tidak terlihat seperti yang dibayangkan. Sangat kaku, dan terkesan dipaksakan.
"Zin, gue gak tau lo kerja di sini. Udah lama?" Pertanyaan yang ingin dikatangan cowok-cowok itu akhirnya terwakilkan oleh pertanyaan Zarhan.
"Sudah lima jam kalian di sini. Kenapa gak pulang?"
Bukan sebuah pertanyaan, tapi lebih tampak seperti pernyataan karena nadanya yang datar. Sekarang waktu telah menunjukan pukul sembilan, yang artinya sebentar lagi cafe ini tutup. Cafe ini memang sudah sepi, tapi dari mereka belum ada yang beranjak.
"Kak Gino, mending kak Gino deh yang usir mereka. Saya harus pulang kak."
Gino mengangguk. "Coba deh beib, lo pulang, mereka bakal pulang kalo lo pulang."
Zinza mengangkat sebelah alisnya. "Kak Gino gimana? Kakak yang tutup? Gapapa?"
Laki-laki kemayu itu mengangguk. "Lagian udah selesai 'kan?"
"Yaudah, gue duluan Kak."
"Hati-hati beib."
Zinza keluar dari cafe itu, dan benar saja kumpulan cowok itu juga berlomba-lomba keluar dari cafe. Bahkan Ilyas yang tidak tau apa-apa sampai terjatuh, karena Zarhan yang menariknya.
"Zin. Bareng gue aja!" Ucap cowok-cowok itu berbarengan, kecuali Ilyas yang masih kaget karena tiba-tiba jatuh karena ditarik Zarhan.
"Eh gak ada yang mau bareng eike beib?" Tanya Gino yang baru keluar dari cafe.
Ilyas mengeluarkan kunci motornya. Gino menatap genit Ilyas, membuat semua cowok itu bergidig ngeri.
"Heh bencong!! Jangan natep temen gue begitu!! Ngeri gue. Ya Allah ampuni dosa hambamu Ya Allah." Ucap Gio sambil menepak kencang punggung Gino.
"Gio jangan pukul-pukul sama kembaran lo!! Bang Gino sekong 'kan di pukul ama Gio?" Mulai lagi Veon malah membela Gino si cowok kemayu, pasti sebentar lagi akan ada adu mulut antara Gio dan Veon.
"Heh! Eike lekong ya bukan bencong!!"
"Iya kak Gina, udah jangan dengerin si Gio." Ucap Erlang melerai tiga orang yang berdebat itu.
"Huh gue curiga jangan-jangan si Erlang sama si Veon kalo malem jadi bencong deh. Gue aja kagak ngerti dia ngomong apa." Gio sepertinya memang tidak bisa memfilter mulutnya.
"Gio jangan bikin Eike mawar merekah ya!"
"Udah woi!! Zinza bareng gue aja yuk! Gue di mobil, mereka-mereka pada di motor, nanti dibegal." Ucap Zarhan mengompori Zinza agar pulang dengan cowok itu.
"Sepupuan juga bukan mahram." Ilyas, laki-laki yang sedari tadi diam akhirnya buka suara menanggapi.
"Berarti eike mahram sama Erlang. Eike 'kan lekong, Erlang lekong. Anterin eike pulang yu lang."
Erlang bergidik. "Makasih kak Gina, gue mending nganter Zinza aja."
Gio membesarkan matanya. "Kenapa pada mau sama Zinza sih woy!! Gue duluan yang ngeklaim dia jadi calon makmum!! Kalian semua kalah cepet!!.
"Sekeras apa pun lo nge klaim kalo Zinza ditakdirin buat gue, ya enggak bakalan kemana."
"Apaan sih Veon!! Udah jelas Zinza sukanya sama gue!"
"Kalian sedang apa?"
Sebuah suara membuat mereka terdiam. Karena terlalu fokus memperdebatkan hal-hal tidak penting, sampai tidak sadar kalau Haris sudah berada di depan cafe mendengarkan perdebatan unfaedah itu.
"Papa?"
"Papa dapet laporan dari satpam, kalo kalian masih ada di sini. Kenapa belum pulang juga?"
"Zinza kamu bareng om, ayo om antar pulang."
"Jangan!" Ucap cowok itu berbarengan.
Haris mengangkat salah satu alisnya."kenapa?"
"Ehm, pa Zarhan bareng papa ya? Mobil Zarhan mogok."
"Om saya juga bareng om ya? Motor saya mogok."
"Saya juga om."
"Saya juga deh om."
"Saya juga om."
Ilyas melirik teman-temannya yang bertingkah aneh. "Kayanya saya pulang duluan aja deh om, motor saya gak mogok. Udah malem juga takut bunda saya khawatir. Assalamualaikum." Kemudian Ilyas mencium punggung tangan Haris.
Haris mengangguk. "Hati-hati Yas. Titip salam buat ayah kamu."
"Duluan om, mari." Ucap Ilyas, sedangkan di belakangnya ada Gino yang mengejar minta tebengan.
Haris memicingkan matanya melihat empat pemuda yang masih mengenakan seragam, yang beralasan pulang bareng karena motor mereka mogok. Merasa sedikit curiga dengan motor yang bisa mogok secara bersamaan.
"Kalian enggak lagi bohongin om 'kan?"
Empat pemuda itu menampilkan cengiran bodohnya. Haris menggelengkan kepalanya saat mendapat respon seperti itu dari empat pemuda tersebut.
"Zarhan, kamu juga bohong?" Zarhan menggaruk hidungnya yang tidak gatal, kemudian menampilkan cengiran yang tidak jauh berbeda dengan empat pemuda di sampingnya.
"Andai aja dia tau. Kalau gue punya rasa yang gue aja enggak bisa deskripsiin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Azinza [Selesai]
Spiritual"Percuma lo pake jilbab lebar, tapi suka bully orang! Enggak pernah diajarin sopan santun ya lo?!" "Gue pake jilbab bukan karena gue orang baik, gue berjilbab karena gue sayang abi! dan camkan ini mama gue emang enggak ngajarin sopan santun!!" Zin...