Tegakah dikau, adinda permata lelaki, permaisuri surga? Engkau perlahan-lahan mencampakkan harga diri ayahmu, saudara lelakimu, dan suamimu kelak di hadapan Allah. Engkau dengan mudah berkata, "Aku belum siap untuk menjadi lebih baik". Lalu kapankah dikau mau bertindak menjadi pahlawan kami? Engkau bebankan kami. Tidakkah dikau mengerti dengan arti sebuah pengorbanan seorang lelaki? Engkau selalu ingin dimengerti, tetapi tidak mau mengerti. Kau harus sadar dengan apa dirimu diciptakan, wahai tulang rusuk yang bengkok. Janganlah sesekali memperbudak cinta kami wahai ratu bidadari. Sadarilah, engkau adalah berlian yang harus ditutupi kaca di museum yang megah.
~Nst
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Pikiran ✔ (SUDAH TERBIT)
PoetryBELUM TERSEDIA DI GRAMEDIA [Sinopsis] Recehan aksara yang diuntaikan lewat literasi adalah cara yang tepat untuk mengontrol segala bentuk emosional. Puisi-puisi ini hadir untuk memberi nasihat kepada diri sendiri sebagai bahan evaluasi, ia menjadi p...