Menunggu berbuka dan menunggu habisnya masa pandemic corona, hal itu tidak jauh lebih besar ketakutannya. Hal yang aku takutkan itu menunggu selesainya menyusun fonem dari tempat keluar alat ucap dalam kata-kata yang padu, sehingga menjadi beberapa kalimat yang maknanya kohesi dan koheren menurut agama dan negara ketika tanganku berjabat tangan dengan penghulu di sampingmu. Lalu, aku memegang ubun-ubunmu dengan tangan kanan untuk mendo'akanmu, sang istri. Kalian tahu kenapa aku lebih takut ini? Ya, membawa bahtera rumah tangga dari tujuan dan keamanan berlayar standar islam haruslah rela memenuhi risiko terkena ombak besar karena mahkota jin terletak pada berhasil atau tidaknya memisahkan aku dengannya sebelum sampai ke tempat berlabuh, Kuburan. Bertemu karena Allah, berpisah karena Allah. Bukan berarti yang sudah berpisah di dunia tidak bisa berlayar lagi, pada intinya kita berbicara dengan apa kita selamat bukan hanya tentang dengan siapa kita selamat. Laut selalu terbentang lebar apalagi kita melaut berdasarkan standar kelayakan dan tujuan apa yang ingin kita capai.
~Nst
KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Pikiran ✔ (SUDAH TERBIT)
PoetryBELUM TERSEDIA DI GRAMEDIA [Sinopsis] Recehan aksara yang diuntaikan lewat literasi adalah cara yang tepat untuk mengontrol segala bentuk emosional. Puisi-puisi ini hadir untuk memberi nasihat kepada diri sendiri sebagai bahan evaluasi, ia menjadi p...