Bagaimana pula akar yang kotor
bisa melupakan bunga indah sepertimu, kalau kita menyatu
pada satu batang nan kukuh.
Hati kita terpaut pada kenangan
yang tak pernah tampak olehmu,
meski keindahan yang engkau pancarkan
membuat isi semestaku mulai gemuruh.
Biar aku yang mencari air
di bawah tanah tuk menghidupimu,
meski lelah tak pernah tampak
dari pelangi mata hati yang kau tutupi itu.
Kita lihat saja,
apakah aku akan menjadi umbi-umbian
yang dicabut pak petani
sehingga aku bisa pegang erat kelopakmu,
ataukah engkau yang akan dipanen
lalu meninggalkanku selama-lamanya
menjadi akar yang dipatahkan pak petani di tanah gersang ini?~Nst

KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Pikiran ✔ (SUDAH TERBIT)
PoetryBELUM TERSEDIA DI GRAMEDIA [Sinopsis] Recehan aksara yang diuntaikan lewat literasi adalah cara yang tepat untuk mengontrol segala bentuk emosional. Puisi-puisi ini hadir untuk memberi nasihat kepada diri sendiri sebagai bahan evaluasi, ia menjadi p...