Pergantian tahun mengawali duka lara. Saat itu timbul rintik yang menyedihkan bagi setiap batu yang terkikis. Bahkan kau buat aku seperti budak yang dihujam perintah-perintah. Aku pun patuh akan apa yang ditakdirkan dalam keadaan gelap menyiksa. Dan, aku merasa seperti dihujani ketakutan yang ingin membedahku secara sadis.
Setetes air yang menyentuhku adalah ukiran termahsyur seantero persinggahan. Tapi kau basahi juga aku dengan satu musibah. Kau buat segudang pertanyaan, dengan tenang pergi seenaknya meninggalkan kami. Seketika asa yang terpendar darimu hancur berkeping-keping. Kemana lagi kau bisa lari dari pikiranku ini wahai genangan air. Aku hanyut dalam bayangmu meski lentera telah dimatikan.
-Nst

KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Pikiran ✔ (SUDAH TERBIT)
PuisiBELUM TERSEDIA DI GRAMEDIA [Sinopsis] Recehan aksara yang diuntaikan lewat literasi adalah cara yang tepat untuk mengontrol segala bentuk emosional. Puisi-puisi ini hadir untuk memberi nasihat kepada diri sendiri sebagai bahan evaluasi, ia menjadi p...