Aku adalah ahad yang dekat dengan senin, namun justru engkau adalah senin yang sangat jauh dengan ahad. Aku tak perlu menunggumu seperti engkau melewati hari-hari panjang bagai berabad tahun lamanya. Engkau isi hari-hari terbaikmu lalu melebur diri bersamaku. Meski engkau pernah berdengung dalam keseharianku, namun apa dayaku terlihat samar berkat aksara yang semu.
Batas-batas kerinduan itu memuncak ketika iman turun di ambang batas. Jalan menujumu bagai perjuangan jihad ke kota syam dihalangi oleh ketidaksanggupanku terhadap jumlah dolar. Namun, bukankah dengan do'a adalah cara yang ampuh memberi hadiah agar hatimu senang? Itu semua hanya sebatas ingin melihat kebahagiaan pilihan hidupmu atau hidup kita yang sudah membuat jiwaku menjadi pemenang.
~Nst

KAMU SEDANG MEMBACA
Buah Pikiran ✔ (SUDAH TERBIT)
PoëzieBELUM TERSEDIA DI GRAMEDIA [Sinopsis] Recehan aksara yang diuntaikan lewat literasi adalah cara yang tepat untuk mengontrol segala bentuk emosional. Puisi-puisi ini hadir untuk memberi nasihat kepada diri sendiri sebagai bahan evaluasi, ia menjadi p...