envy

419 8 5
                                    

Esok paginya rendy sudah sembuh maka dari itu kami memutuskan untuk pergi ke sekolah.

Daan sebelum aku memasuki kelasku..

“veren  dipanggil sama pak rusman” kata dila tiba-tiba

Deg..

Serentak aku dan rendy saling menatap.  Soal apa nih?

“iya thanks ya. Veren sebentar lagi kesana” jawab rendy karna aku tak kunjung membalas

Setelah dila pergi, aku pergi menemui pak rusman. Sewaktu aku memasuki ruang pak rusman...

Tok tok tok

“ya, masuk”

Lalu aku masuk ke dalam kantor guru.  Dan supriseee!! Ternyata di dalam kantor guru juga ada ray! Ngapain ini anak disini?

Setelah aku berdiri disamping ray, di depan meja pak rusman, baru ray membuka suara

“ada apa ya kami dipanggil?” tanya ray

Pak rusman diam saja..

Satu menit.. dua menit.. tiga menit..

Setelah lima menit pak rusman baru membuka suaranya

“kalian didaftarkan oleh sekolah untuk mengikuti lomba voli di fr cup”

HAH??

Sementara aku melongo, ray terlihat biasa saja

“maksud bapak?” kata ku pada akhirnya

“ tim voli sekolah kita didaftar mengikuti lomba. Saya minta kalian berdua untuk mempersiapkan tim kalian sendiri. Kamu, veren, persiapkan tim voli putri. Dan kamu, ray, persiapkan tim voli putra”

“maksud bapak, kami dipilih jadi ketua tim?” tanya ray

“ya”

“kapan lombanya pak?” tanya ray lagi

“minggu depan. Maka dari itu kalian harus mempersiapkannya mulai dari sekarang”

“baik pak”

“oke, kalian bisa pergi sekarang”

Ray melangkah keluar ruangan lalu berhenti di belakang pintu. Menengok ke arah ku

“ woiii.. lo mau nginep disini?”

Baru aku tersadar. Aku langsung melangkah keluar ruangan.

 Sumpah demi apapun aku masih speechless.. guee?? Jadi ketua tim voli perempuan???

“aaaaaaaaaaaaaargh!!” jerit ku tanpa sadar saat aku melangkah ke arah kelas

Ray yang masih berada disampingku menoleh kaget.

“woiiiiiiiiiiii!” teriak ray dikupingku

“apaan sih?! Mau nyari ribut lo?” kataku sambil memegangi kupingku yang merah karna diteriakin ama ray.

“lo yang mulai duluan juga! Teriak teriak sendiri kayak orang gila” sahut ray kesal.

“ guee tuh spechlesss ray. Lo bayangin dong. Jadi ketua tim voli cewek sekolah kita???!!! Aaaaaaaaaaaaaargggh!!” jerit ku lagi.

Saking kencangnya sampai anak di sepanjang koridor menoleh ke arah ku. Memandangku seperti orang gila.

Ray sendiri yang disampingku menutup kedua kupingnya. Huh lebay. Apa segitu ‘stereo’ nya teriakan ku?

“weeei! Lo bisa diem ga sih?? Gue lakban nih mulut lo! Udah suara lo kayak speaker! Ngelengking banget! Bisa bisa gendang telinga gue pecah”

“yaelaah... biasa aja kali. Perasaan idup lo lebai banget. Lo tuh tau ga sih arti speechless? Ga tau yak? Udik banget”

“lo tuh yang ndeso! Gue aja jadi ketua tim voli putra aja biasa aja”

“yee.. kok malah lo sih yang nyolot?”

“lo yang nyolot duluan”

“yee.. siput!”

“yee.. duren!”

“kok nyambungnya ke duren sih?” kata ku nyolot

“ga tau kebayang duren aja” kata ray sambil nyengir

“yeee oneng”

 “angel!!!”

Deg! Rendy! Mati gue

Aku berbalik badan diikuti ray. Aku melihat rendy berjalan ke arahku dengan ekpresi dingin. Tuh kan?! Rendy mulai lagi ga jelasnya

“lo ga masuk kelas? Udah bel” dahut rendy dingin

“lha, emang ini udah masuk?” kata ku sambil nengok kiri kanan. Wah! Sepertinya sudah masuk dari tadi. Habisnya koridor sudah sepi

“udah! Ayuk!” kata rendy sambil menarik ku pergi dari hadapan ray.

“ray, nanti istirahat kasih gue daftar  calon peserta lomba putranya ya” teriak ku sebelum aku menghilang di balik koridor. Dan kullihat ray hanya tersenyum

Kini aku masih ditarik rendy. Mau dibawa kemana ini? Perasaan ini bukan ke arah kelas ku.

Serentak aku berusaha melepaskan tangan rendy yang ada di pergelangan tanganku. Duh, cengkramannya kenceng banget!

“rendy!!!” teriakku sambill menghentikan langkahku

Tak kusangka rendy ikut berhenti

“lo apa apaan sih! Ini sakit tahu rendy” ucapku dengan nada yang lama kelamaan menurun

Ini sakit beneran! Sumpah deh ga boong! Cengkraman rendy kuat kayak patung ngecengkram pergelangan tangan orang. Keras dan sakit

Rendy membalikan badannya. Tangannya masih mencengkram pergelangan tanganku. Tapi kurasakan cengkraman itu melonggar sedikit. Buru buru aku melepas tanganku. Lalu mengusap-ngusap pergelangan tanganku.

Tuh kan! Pergelangan tanganku aja sampai merah!

“jahat!” gumam ku sambil menunduk.

Aku merasakan rendy sedang menatap tajam kearahku. Bodo amat deh! Males ngebales tatapannya! Ini sakit bangeet soalnya

“ gue ga salah apa-apa langsung diginiin. Jahat banget” kata ku sambil cemberut

Tiba-tiba sebuah tangan terulur

“mana?”

“apanya?”

“tangan lo”

“ga mau. Nanti di cengkram lagi”

“sini deh!” tangan rendy langsung menangkap tangan ku

“aaaaaaw! Sakit! Lo mah mainnya kasar!” teriakku sambil menarik tangan ku

“sory-sory.. ga sengaja. Sini gue liat. Gue ga bakal apa-apain ini”

Lalu tangan rendy kembali mengaambil tangan ku. Lalu mengusapnya lembut

“sorry yaa”

Aku diam

“gue kebawa emosi tadi. Gue kira lo kenapa-napa”

“lo meh orangnya emang hiperbolis”

“sorry”

“...”

“tadi dipanggil kenapa?”

“disuruh ikut lomba voli”

“bareng ray?”

“iya”

“CK!”

“kenapa lo?”

“ ga napa-napa. Ya udah yuk kita ke kelas” kata rendy lalu menarik aku pergi, dan mengantar ku kelas.

Rendy kenapa sih?! Lagi-lagi bersikap dingin! Iiikh banget deh!

you are my loveWhere stories live. Discover now