HANA menopang dagunya, menatap ke luar jendela dengan hati yang bersuasana naik turun. Ucapan Keenan kemarin sukses membuatnya tak bisa tidur semalaman.
Siapa sangka, laki-laki dengan wajah tampan tanpa beban dan selalu sesukanya, ternyata memendam masalah yang jauh lebih rumit dan menyakitkan dibandingkan dengan masalah Hana. Tetapi mungkin, masalah itu setidaknya sudah mulai pudar, karena sudah dua tahun berlalu.
"Lo nungguin Sam, Han?" Suara cempreng khas milik Selly tersebut lantas membuat Hana menoleh ke arah ambang pintu.
"Iya, Sel," jawab Hana. "Lo sama yang lain udah mau pulang?"
"Iya, kita nungguin lo. Kalau lo mau pulang bareng kita, ayo."
"Gak deh, gue sama Sam aja. Gue udah janji temenin dia ke perpustakaan," kata Hana. "Yaudah, lo pulang sana. Jangan keluyuran kemana-mana lo pada."
Selly tertawa, kemudian membalikkan badannya hendak berlalu. "Yaudah, gue titip salam sama Sam."
Hana hanya mengacungkan jempolnya, kemudian lanjut menoleh ke arah jendela, melihat kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang di tengah derasnya hujan.
Drrt. Drrt.
Hana merogoh sakunya, kemudian membuka pesan yang baru masuk.
Sam pantat ayam:
Lo msh mau nunggu bntr lg? Gw ada mslh di ruang bkHana mengernyitkan dahi. Ruang BK? Memangnya, anak-anak Saint Meyer masih memerlukan ruang BK, ya? Bukankah yang masuk ke sana hanya anak-anak pintar dan kaya attitude?
Hana:
Masalah apa? Msh lama gak?Sam pantat ayam:
MshSingkat banget, anjae, batin Hana sebal.
Hana:
Ywd gw pulang sendiri ajaSam:
Bnr?Hana:
Iya. Ntar kalo lo udh pulang telfon gw, cerita lo ada mslh apaSam:
OkHana segera berlari menuruni anak tangga menuju gerbang sekolah. Jadi, dia harus hujan-hujanan ya, hari ini? Karena fisiknya lemah, biasanya Mama, Papa, dan Sam akan marah jika tau kalau Hana main hujan. Tapi, mau bagaimana lagi? Dia juga tak mau sendirian di sekolah. Hari juga semakin gelap, dan mulai sepi; kebanyakan, orang-orang yang tidak memakai mobilーmenggunakan motor atau berjalan kakiーlebih memilih untuk menerobos hujan daripada menunggu hujan reda.
"Oke, ini dia. Satu, dua…" Hana mulai berlari menerobos hujan, tapi belum sampai dia melewati pagar, sudah ada sesuatu yang di atas kepalanya, seperti membentengi rentetan hujan mengenai kepalanya.
"Tiga."
Hana menoleh. Keenan yang kini tengah memegang jaket untuk melindungi kepala Hana dari hujan
ーmeski masih kebasahan, tapi setidaknya rintik hujan tersebut tidak langsung mengenai kepala Hana dengan tusukanーlantas mengangkat alisnya sebelah, seakan bertanya kenapa lihat-lihat?"Kaki kiri duluan. Satu, dua, tiga!"
Keenan dan Hana berlari seirama menerobos derasnya hujan, meski Hana masih kebingungan dan belum yakin dengan apa yang sedang terjadi.
"Keen," Hana setengah berteriak, karena harus bersaingan dengan suara derasnya hujan.
"Ya?"
"Kita lagi ngapain?"
Keenan malah tertawa. "Main hujan. Emangnya salah?"
"Kalau Mama, Papa, Sam lihat, keknya bakalan salah," jawab Hana menyengir kuda.
Keenan mengernyitkan dahinya. "Sam mantan lo?"
"Sahabat gue," jawab Hana.
Keenan masih menunggu kelanjutan jawaban Hana, tapi nyatanya gadis itu tak mengatakan apa-apa selain jawaban singkat itu. Keenan pun sebenarnya penasaran, tapi tak ingin bertanya lebih jauh.
"Kalau mereka ngelarang lo main hujan, seenggaknya mereka gak lihat lo sekarang, kan?" kata Keenan tersenyum lebar. "Cuma gue yang lihat, dan gue ngebolehin lo main hujan."
"Lo siapa emangnya?" Hana menyeringai. "Lo udah sering ya, giniin cewek-cewek? Gue udah orang yang ke berapa?"
"Orang yang pertama, keknya," jawab Keenan. "Gue gak pernah giniin cewek. Lo pikir gue buaya?"
"Ya, siapa tau lo kayak Karel. Karel kan emang baik ke semua cewek," kata Hana.
"Gue justru paling gak suka berurusan sama cewek kalau gak deket-deket amat. Maksudnya, gue gak suka sengaja bikin anak orang baper, ya. Njir, bahasa Indonesia gue ngaco banget."
Itu artinya, mantan pacar Keenan yang kemarin dia ceritakan itu, beruntung. Laki-laki yang sulit bersosialisasi dengan perempuan, sekalinya jatuh cinta, dia akan setia setengah mati.
Itu kata Sam, ketika dia ditanya kapan punya pacar oleh mamanya.
Hana penasaran tentang Vanessa.
Keenan penasaran tentang Sam.
"Kita sampai," ucap Keenan berhenti di depan pagar rumah Hana. "Lo bukan tipe anak mami yang bakalan langsung kena demam sesudah main hujan, kan?"
"Yes, I am," jawab Hana menyeringai malas. "Makasih, ya."
"Makasih lo terkesan kek ogah-ogahan banget, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Yours
Teen FictionKeenan memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada tahun terakhir masa SMA-nya, setelah bertahun-tahun menetap di negeri asal papanya. Di balik segala kelebihan dan sifatnya yang paling annoying di keluarga, dirinya menyimpan luka selama setahun lebi...