[23] Jealous

305 67 1
                                    

❝LO ngerjainnya harus ikhlas, itu yang penting. Lagian, itu udah jadi risiko kalau punya tugas kelompok," kekeh Hana.

"Gak usah sok suci. Lo malahan sering ngebacot sendiri kalau ngerjain tugas kelompok sendirian," ujar Sam sibuk dengan tugas yang dia kerjakan di laptopnya.

"Epic banget loh, lo bisa sekelompok sama Elena, cewek yang paling lo benci di kelas," kata Hana sambil tertawa. "Benci jadi cinta sabi kali, tuh."

Sam hanya diam, tak menggubris ucapan Hana yang mencoba mengganggu ketenangannya. Lagipula, dari dulu Hana selalu menjodohkannya dengan Elena. Hana bilang, Sam bisa saja termakan omongan sendiri dan jadi jatuh cinta pada orang yang padahal dia benci.

"Daripada lo jomblo mulu. Tahun depan lo udah kuliah. Gak malu ngejomblo dari lahir?" tanya Hana membuat Sam menelan salivanya, sekaligus menelan semua rasa kesal akan ucapan gadis itu yang sedaritadi mengganggunya.

Jomblo satu ini bener-bener ga sadar diri.

"Eh, Sam," panggil Hana seraya berbaring di atas tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar. "Kenapa sih, orang bisa jatuh cinta?"

Sam yang awalnya fokus dengan tugas yang tengah dia kerjakan di laptop, lantas menoleh sambil mengernyitkan dahi. "Siapa?"

"Jawab aja napa, sih. Kepo duluan," balas Hana sedikit sebal.

"Karena nyaman," jawab Sam dengan mata yang masih fokus ke layar laptop. "Maybe."

"Aneh gak sih, kalau gue gak suka dia tapi gue juga gak mau kehilangan dia?"

"Makanya, dia yang lo maksud ini siapa, dah?" tanya Sam gemas sendiri. "Karel?"

"Apaan Karel. Udah ke laut kali, perasaan gue buat Karel," jawab Hana.

"Terus? Cowok baru lagi?"

Hana hanya terdiam, masih menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang cukup kalut.

"Emangnya apa yang lo rasain?" tanya Sam lagi.

"Gue gak paham perasaan gue sendiri," jawab Hana.

"Kalau lo ngerasa ada sesuatu yang aneh diantara lo sama dia, ya berarti lo gak cuma anggap dia temen biasa," kata Sam. "Lagian, siapa, sih?"

"Gue udah tolak dia," kata Hana, tak mengindahkan pertanyaan Sam. "Tapi, gue juga gak mau kehilangan dia."

"Rasa bersalah itu biasa. Lo cuma ngerasa bersalah karena nolak dia dan lo takut kehilangan dia sebagai temen."

"Anehnya, bukan," ujar Hana mengubah posisinya menjadi duduk. "Gue bukan takut kehilangan dia sebagai temen. Maksud gue, kalau dia pacaran sama cewek lain, mungkin gue juga bakalan sedih."

Sam hanya terdiam mendengar hal tersebut. Jarinya berhenti mengetik sejenak, mencoba mencerna ucapan Hana dengan baik.

"Lo suka dia."

"Gue gak suka dia."

"Iya, lo suka dia," kata Sam. "Lo bego, makanya gak sadar."

Hana terdiam setelah itu, Sam pun terdiam. Meski jarinya menari-nari di atas keyboard, tapi pikirannya kini seakan berterbangan, dia bahkan tak tau apa yang sedang dia ketik.

Ketika Hana dulu bilang dia suka Karel, Sam tau, bahwa rasa suka yang Hana rasakan adalah rasa terima kasih karena sudah membantunya bangkit dari masa-masa sulit ketika Bang Sean meninggal, bukan rasa cinta. Lagipula, Hana bego yang dia kenal takkan sadar akan perasaan cinta yang sebenarnya.

Tapi kali ini, Hana yang sudah menjadi sahabatnya dari kecil, dari polosnya yang bahkan paling tak mengerti soal cinta, sepetinya kini benar-benar merasakan hal itu.

"Jadi, siapa dia?" tanya Sam kemudian, setelah keheningan bersarang cukup lama.

"Keenan," jawab Hana menghela napasnya. "Gue ngerasa gue gak suka dia."

"Lo yang gak paham dengan perasaan lo sendiri," jawab Sam. "Karena lo goblok dari lahir."

"Tapi, gue udah nolak Keenan."

"Yaudah, lo tinggal bilang ke dia kalau ternyata perasaan lo sama dengan dia," kata Sam bangkit dari duduknya. "Gue pulang dulu. Kayaknya gue gak bisa nginep, besok gue harus bangun pagi banget."

Hana mengernyitkan dahinya. "Apaan, sih? Kenapa mendadak banget?"

"Gue lupa kalau besok pagi gue ada urusan," kata Sam memasukkan laptopnya ke dalam tas.

"Yaudah, gue temenin besok."

"Gak usah, bego," balas Sam. "Gue pulang dulu, bye."

Forever YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang