[05] Memories, Perasaan Terpendam, Rahasia Kecil

390 85 1
                                    

SO, what will we have for dinner tonight?" Perempuan tersebut tersenyum, berjalan ke dapur, kemudian memakai celemek polkadot merah muda kesayangannya. "Should I get salad tonight?"

"Again? Just forget about your diet," Keenan, yang tengah duduk di atas sofa ruang tengah, menoleh ke arah perempuan tersebut, karena posisi ruang tengah dan dapur memang bersebelahan. "How about cheeseburger?"

Perempuan itu lagi-lagi melemparkan senyumannya. "As long as you still love the fat Vanessa, then I'm gonna be a big eater."

Keenan tertawa. "Hey."

Gadis berambut blonde sebahu tersebut lantas menoleh ke arah suara, menatap lelaki yang sudah tersenyum teduh kepadanya.

"Hm?" tanya perempuan itu tersenyum. Senyum lelaki itu benar-benar bisa menular padanya.

"Just stay, okay?"

Keenan terbangun dari tidurnya. Menatap langit-langit kamar, dengan mata yang tanpa dia sadari sudah basah oleh tangisan di sela tidurnya.

"I miss you a little more than I should. Again."

***

"Lo. Bego. Banget." Sam menekan tiap katanya, menghela napas, kemudian mengambil tempat di tepian tempat tidur Hana. "Terus orangnya udah lo bawa ke rumah sakit?"

"Dianya gak mau. Katanya ntar kalau gue nabrak lagi, malah nambah masalah," ujar Hana ikutan sebal. Pasalnya, jika dia melakukan kesalahan, Sam selalu menyudutkannya seperti ini.

"Ya, lo pakai go-car kek, taxi kek," kata Sam melepaskan cardigan dengan motif kotak-kotaknya, kegerahan. "Lo lihat gak, segerah apa gue sekarang? Gue juga kalah lomba taekwondo gara-gara lo, tau gak?"

"Ya, siapa suruh lo khawatir sampe segitunya?" Hana mendengus sebal. "Terus, kok lo tiba-tiba bawel, sih?"

"Lo pikir salah siapa?" Sam meninggikan suaranya, membuat Hana jadi tertawa.

"Uh. Love you, Sam," kekeh Hana gemas sendiri melihat sahabatnya sejak kecil tersebut yang sebenarnya khawatir pada dirinya, kemudian berjalan untuk mengambil remote TV di kamar. "Jadi, gimana? Akhirnya, lo cuma dapat perak, ya?"

Sam hanya diam, mengangkat alisnya.

"Yaudahlah, lagian SMA Saint Meyer gak capek apa, dapet medali emas mulu?" tanya Hana sibuk menggonta-ganti saluran TV. "Belum lagi, tiap olimpiade akademik, di atas mulu."

SMA Saint Meyer, SMA terbaik di kota mereka. Isinya hanyalah anak-anak cerdas, dan Sam adalah salah satu di antaranya.

"Lo gak ngerasa bersalah?"

"Lo kenapa dingin banget sih, anjir," keluh Hana. "Heran gue, kenapa temen-temen gue suka banget sama lo."

Sam hanya diam, malah sibuk membaca buku yang dia dapat di atas tempat tidur Hana.

Jika kalian bertanya apakah ada vampire di dunia nyata, jawabannya ada.

Samuel Alfandino, atau yang lebih akrab Hana panggil Sam itu, nyatanya punya sifat yang lebih dingin daripada kulit vampire mana pun di dunia fiksi. Sam benci bawang, terik matahari, dan punya mata berwarna cokelat hazel. Vampire in the real life. Sam tak pernah pacaran. Sam bahkan tak banyak berinteraksi dengan orang-orang semasa SMP, kecuali Hana dan satu teman laki-lakinya, yang pastinya juga teman Hana; tapi hubungan mereka tak sedekat dengan Sam. Jika kalian menonton anime Naruto, kalian akan menemukan banyak persamaan Sam dengan karakter Sasuke di sana.

Forever YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang