❝WOY," Karel menyodorkan hapenya ke arah Keenan. "Hana mau bicara sama lo."
Keenan mengubah posisinya dari baring menjadi duduk, kemudian meraih hape Karel yang berlogo apel di punggungnya tersebut. "Kenapー"
"Eh, lo, ya!" potong Hana dari seberang sana setengah berteriak, hampir membuat telinga Keenan copot. "Gue udah bilang lo harus join grup kelas, kan?"
"Ngotot banget, sih," sahut Keenan malas. "Gue gak mau ngasih sosmed gue."
"Emang gak punya hape dia," timpal Karel tepat di depan hape tersebut.
Krik krik.
Hening sejenak.
Keenan dengan cepat memiting kepala Karel, mengumpat penuh kekesalan.
Baik, memang dialah yang memutuskan untuk tidak memiliki hape. Tapi, jika ada orang yang tau, betapa malunya alam beserta isinya ini.
"Lo…" Hana menggantungkan ucapannya. "Gak punya hape?"
Keenan terdiam. Karel yang kini berada di keteknya, hanya bisa menahan tawa penuh kemenangan.
"HAHAHAHAHA," Tawa Hana tersebut terdengar begitu menyebalkan di telinga Keenan. "Demi apa, Keen? Ya Alloh, pantesan jomblo melintir sampai sekarang."
"Ah, udah udah!" ujar Keenan memutar kedua bola matanya sebal. "Udah, kenapa lo segitunya banget pengen gue masuk ke grup kelas?"
"Besok ada acara," jawab Hana.
"Besok kan Minggu," kata Keenan.
"Ya, makanya. Besok kita ke rumah Bu Astuti. Pesta pernikahannya Bu Astuti, lebih tepatnya."
"Demi apa?" tanya Keenan. "Yaelah. Gugur sudah harapan gue."
"Apaan. Bu Astuti gak bakalan mau sama orang yang gak punya hape," kata Hana ditimpali gelak tawa mengejek setelahnya oleh Karel.
"Emangnya image orang yang gak punya hape itu jelek banget?" tanya Keenan sebal.
"Intinya, besok ada acara walikelas kita. Yang lebih penting lagi, acara Bu Astuti itu letaknya jauh, rada pelosok gitu, nyeberang ke sana harus pakai perahu. Kayaknya sih, acaranya diadain di rumah orang tuanya."
"Gila, kali. Beneran?" tanya Keenan tak percaya. "Terus, tiap hari orang yang tinggal di sana pakai perahu?"
"Menurut lo?" tanya Hana. "Oh, ya. Karena yang punya acara ini walikelas kita, jadi kita harus kasih hadiah. Mau murah kek, mahal kek, yang penting ada dulu."
"Ya Alloh. Baru juga masuk semester baru, lo udah malak, dong," kekeh Keenan tak habis pikir. "Terus gimana? Lo mau gue transfer uangnya sekarang?"
"Bego banget, ya nggak lah. Sekarang pakai uang gue dulu, besok diganti sama uang kelas."
"Terus?" Keenan menaikkan alisnya. "Urusannnya sama gue?"
"Urusannya sama lo, ya," Hana terkekeh sebal. "Biar lo kesel aja."
***
"Lo ganteng banget sih, Keen," puji Jacky menangkup kedua pipi Keenan menggunakan tangannya, membuat si empunya hanya bergidik jijik, menepis kedua tangan tersebut.
"Homosaphiens," sahut Keenan membuat teman laki-lakinya yang lain ikut terbahak.
Kini mereka tengah berada di meja bundar yang digunakan oleh para tamu untuk menyantap makanannya. Para murid laki-laki di kelas Keenan memutuskan untuk makan dulu sebelum bersalaman dengan kedua mempelai. Hal itu sempat menjadi keributan dengan pihak murid perempuan, yang beranggapan lebih baik bersalaman dulu sebelum makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Yours
Teen FictionKeenan memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada tahun terakhir masa SMA-nya, setelah bertahun-tahun menetap di negeri asal papanya. Di balik segala kelebihan dan sifatnya yang paling annoying di keluarga, dirinya menyimpan luka selama setahun lebi...