❝KOK lo sinis banget sih, padahal gue baik loh, mau bikinin lo makanan," ujar Hana mengernyitkan dahinya, menatap Sam yang memasang wajah malasnya yang justru tampak goblok di mata Hana.
Sudah menjadi tugas rutin bagi Hana untuk membuatkan makanan untuk Sam setiap malam minggu, karena orang tua Sam selalu ke luar kota untuk mengecek salah satu cabang bisnisnya di sana. Hana biasanya menginap di rumah Sam.
Memang sedikit aneh rasanya, karena mungkin hanya ada mereka berdua dan asisten rumah tangga. Apalagi, Hana selalu tidur di atas tempat tidur Sam, dan Sam tidur di bawah. Tak adil, memang. Namun, karena mereka sejak kecil terbiasa seperti itu, maka sampai SMA tak pernah ada perubahan bahkan canggung dengan hal seperti itu.
"Lo bukannya gak mau nginep?" tanya Sam melipat kedua tangannya di depan dada, bersandar ke pintu. "Filmnya juga udah gue bakar."
"Hah? Ngapain lo bakar?!" Hana mencubit perut Sam cukup kuat, membuat si empunya hanya bisa meringis kesakitan.
"Ya, habisnya menuh-menuhin isi kamar gue aja, DVD kek gitu. Udah gitu, jadul banget, lagi. Orang purba mana yang masih pakai kaset DVD?" balas Sam tak kalah kesal.
"Ih, lo ngomong lebih dari lima kata, loh," Hana menepuk tangannya girang. "Biasanya kan dingin banget."
Sam hanya diam, memperhatikan Hana yang langsung menyelonong masuk ke dalam rumahnya membawa bahan-bahan makanan untuk dimasak malam ini.
"Lo nginep, gak?" tanya Sam mengunci pintu.
"Kalau gak nginep, terus ini tas segede gaban buat apa?" Hana bertanya balik, sibuk dengan bahan-bahan makanannya. "Lo bantuin gue parut keju dulu, nih."
Sam meraih keju yang sudah Hana sodorkan. "Lo mau masak apa?"
"Mac and cheese, kesukaan lo."
"Tadi siang lo bilang bukannya ga mau nginep malem ini?" tanya Sam mengangkat alis.
"Perempuan bisa berganti mood sebanyak 720 kali dalam sehari," kata Hana memasang celemek yang sudah biasa dia pakai jika masak di rumah Sam. "Begitu pula dengan pikiran para cewek."
Sam hanya bisa menyengir, dengan tangan yang mulai sibuk memarut keju. "Itulah kenapa Nuroh Toallah, penulis asal Aljazair menulis buku setebal onta dengan berat 45 kg yang berjudul Kaifah Tufhamu Al-Mar'ah."
"Apaan tuh artinya?"
"Bagaimana Wanita Dipahami."
Selama 16 tahun dia hidup, dengan IQ yang melebihi 140 dan kini berada di kelas dua belas yang sudah meraih juara kelas sebanyak sebelas kali dalam hidupnya, dia lebih memilih untuk mengerjakan soal matematika milik mahasiswa jurusan Matematika Terapan daripada harus membaca pikiran wanita.
Mac and cheese bukan hanya makanan kesukaan Sam, tapi makanan kesukaan Hana juga. Makanan kesukaan mereka sejak kecil, dan Mami Sam adalah pembuat mac and cheese terenak. Karena Sam tidak punya saudara perempuan, makanya resep terenak tersebut diturunkan kepada Hana, yang sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Mami Sam.
Sejak dulu, Hana selalu dititipkan di rumah Sam, karena orang tuanya sama-sama sibuk sejak dulu. Sejak Kevin lahir, barulah kesibukan itu sedikit menyusut.
Bermain PS, dokter-pasien, bermain bola, dan masih banyak lagi permainan yang sudah pernah mereka coba. Bahkan, Sam sering terpaksa menuruti kemauan Hana untuk bermain masak-masak atau boneka, meski dengan hati yang dongkol.
Semuanya terpaksa dia turuti, karena jika tidak, perempuan itu akan menangis kencang sekali, dan Mami Sam akan ceramah sampai malam kepada anak laki-lakinya itu.
Namun, sejak dulu, Hana itu memang sering sekali membuat Sam sebal. Dulu, jika Hana menginap, Sam terpaksa harus membagi tempat tidurnya karena Hana takut tidur di kasur bawah sendirian.
Lama kelamaan, posisi tersebut berganti menjadi Sam-lah yang harus tidur di bawah, dan Hana-lah yang tidur di atas tempat tidur Sam. Belum lagi jika selimutnya diambil semua oleh Hana, dan dia harus menahan dinginnya AC semalaman.
Bahkan dia sempat beranggapan bahwa papi dan maminya lebih sayang ke Hana daripada dirinya.
Tapi, jika sehari saja Mama atau Papa Hana cuti kerja dan Hana tidak dititipkan ke rumahnya, dia akan merasa bosan sepanjang hari. Sebenarnya, banyak anak-anak yang mengajaknya untuk bermain, tapi dia tak mau.
Jika mereka datang, justru maminya harus berbohong kepada mereka bahwa Sam sedang tidurlah, sedang tidak enak badanlah, sedang belajarlah, dan lain-lain. Jika di kasus manapun selalu ada orang tua yangーtanpa mereka sengajaーmengajari anaknya berbohong, kali ini justru anak yang mengajari orang tuanya berbohong.
Itulah kenapa dari SD sampai SMP dia tak punya teman selain Hana. Dia juga punya teman bernama Radit sih, sejak SD, karena waktu itu Radit menjadi ketua kelas dan Sam wakil ketua kelas, makanya mereka menjadi cukup dekat; tapi tak sedekat jarak Sam dan Hana.
Sam merasa tak ada yang berubah dari mereka, kecuali tinggi dan cara berpikir. Apalagi tak ada malu yang saling mereka sembunyikan mengenai pubertas karena Sam bahkan sering diminta untuk menemani Hana membeli bra dan pembalut.
"Kemana lo tadi siang?"
"Rumah musik," jawab Hana singkat, membelakangi Sam karena dirinya sibuk memasak.
"Sendirian? Tumben," kata Sam berjalan menuju Hana, kemudian meletakkan piring berisi parutan keju tersebut di atas meja.
"Gak, sama tetangga gue," jawab Hana masih fokus pada masakannya.
Sam mengernyitkan dahinya. "Si Karel? Pangeran lo itu? Lo udah berhasil dapetin dia?"
"Gak," sanggah Hana. "Sama kembarannya."
"Hah? Sejak kapan dia punya kembaran?" Sam semakin bingung.
"Sejak kucing mulai menumbuhkan tanduk," Hana menjawab asal, padahal yang di sebelahnya sudah penasaran.
"Serah, sih," Sam mengangkat bahunya, berjalan menuju kursi. "Lagian kayaknya, si Karel mana bisa lo dapetin."
"I lost my feeling for Karel, okay," balas Hana membawa makanan kesukaan mereka di atas meja makan. "Puas lo?"
Sam mengangkat sebelah alisnya, diiringi tawa. "Kenapa?"
"Lo kepo banget, sih. Tuh, makan. Gue udah capek bikinnya," kata Hana memandang sengit.
"Gue yang capek marutin kejunya," gumam Sam kemudian menyalin makanan ke piringnya. "Jadi, lo udah gak suka sama siapa-siapa lagi sekarang?"
Hana hanya mengangkat bahunya. "Kayak lo, dong?"
Sam hanya diam, tak mengiyakan atau menyanggah ucapan Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Yours
Teen FictionKeenan memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada tahun terakhir masa SMA-nya, setelah bertahun-tahun menetap di negeri asal papanya. Di balik segala kelebihan dan sifatnya yang paling annoying di keluarga, dirinya menyimpan luka selama setahun lebi...