[06] Rahasia Kecil Lainnya, Apologize, Vanessa

375 85 3
                                    

HARI ini sudah seminggu setelah kejadian dimana Keenan dan Hana memulai perang dingin mereka. Kondisi kaki Keenan sudah membaik, namun dirinya selalu dihantui rasa bersalah karena ucapannya yang menyakiti hati Hana malam itu.

Apalagi karena Hana adalah tetangganya, sehingga mereka pastinya bertemu tiap hari di depan pagar; ketika ingin berangkat sekolah, pulang sekolah, atau bahkan ketika ada urusan pribadi keluar rumah.

Keenan ingin menyapa Hana setiap mereka bertemu, tapi Hana yang selalu sengaja menghindar dan memalingkan wajah.

Dari pandangan Keenan sih, Hana itu sepertinya perempuan baik-baik. Gadis itu malahan masih mampu menahan amarahnya, meskipun suaranya sudah gemetaran menahan emosi.

Jika saja dia berurusan dengan perempuan yang tipe PMS tiap hari waktu itu, maka dia pasti akan menerima semburan amarah malam itu, bahkan kakinya yang sakit langsung dipatahin malam itu juga. Kelar ya, perempuan jaman sekarang. Lagipula, Keenan memang salah, dan takkan ada yang tak marah jika berada di posisi Hana malam itu.

Keenan juga kurang mengerti dengan dirinya sendiri, ya. Dia sudah sering begini; dia tak bermaksud untuk menyakiti hati orang, tapi ucapannya jatuhnya jadi ucapan yang kasar dan menyakitkan. Padahal, dia tak bermaksud demikian. Tapi mekipun begitu, Keenan tak gengsi untuk meminta maaf, sih. Jadi, dia sudah sering meminta maaf ketika kejadian yang begini terjadi di hari-hari sebelumnya.

Dia juga sebenarnya ingin minta maaf kepada Hana, hanya saja, Hana yang selalu menghindar darinya. Meminta maaf melalui hape? Haha.

Keenan gak punya hape, oke. Selama ini dia selalu mengandalkan telepon rumah dalam berbagai situasi. Kalian boleh tertawa.

Hanya saja sejak malam itu, Keenan jadi tau, ternyata Hana punya abang kandung yang meninggal karena balap liar sekitar setahun yang lalu. Karena keluarga Karel dan Keenan memang sudah berteman dan bertetangga lama dengan keluarga Hana, maka Mama, Papa, dan Karel-lah yang menemani keluarga Hana untuk menghadapi musibah keluarga mereka waktu itu.

Karel jadi sering ke rumah Hana waktu itu, memaksanya makan, minum obat, karena kondisi Hana benar-benar drop setelah abangnya meninggal. Apalagi, dari cerita Karel, Hana sempat berkelahi dengan abangnya karena melarang Bang Sean untuk ikut balap di malam sebelum abangnya meninggal, sehingga dia merasa bersalah.

"Gue yang waktu itu nemenin dia, soalnya Sam lagi di Jepang, ikut lomba gitu. Tapi, orang tua Sam ada sih waktu itu, malahan berulang kali ke rumah Hana, khawatir sama kondisi Hana," kata Karel, kemarin malam. "Kalau ada Sam sih, Hana jelas gak butuh gue. Sam kan udah segalanya buat dia."

Siapa Sam? Mantannya?

Oh. Mungkin, mantan yang menjelma menjadi sahabat, ya? Ya, kedengarannya sih seperti itu, ya. Meskipun di dunia ini hanya ada 20% yang menjadikan mantannya sebagai sahabat.

Ah ya, meskipun keluarga Hana itu bergelimang harta dan memiliki usaha yang bercabang dimana-mana, tapi dari yang Keenan dengar, Bang Sean itu berjiwa bebas dan tak ingin dipenuhi larangan-larangan dari orang tuanya.

Dan kata Karel juga, Hana itu bukan tipe perempuan yang tak mudah untuk jatuh cinta sama orang. Jadi, jika dia jatuh cinta, bukan berarti hanya karena tampang atau materi.

Jujur saja, Keenan jadi merasa tambah bersalah mendengar ucapan Karel yang satu itu.

Lagipula, tujuan Keenan memberi tahu kalau Karel sudah punya pacar itu karena dia juga tak ingin Hana berharap jauh kepada Karel.

Yah, maksudnya… perempuan seperti Louisa takkan bisa Hana kalahkan, mengingat bahwa Louisa sudah menjadi sahabat Karel sejak lama. Keenan hanya memberi Hana peringatan agar dia tak terlalu terkejut jika tau suatu saat nanti.

Meski wajah Hana mungkin lebih cantik, tapi Louisa adalah perempuan paling berharga untuk Karel. Makanya, sesulit apapun masalah mereka, Karel masih berusaha mempertahankan segalanya.

Ah, sudahlah.

Keenan mulai menekan tuts pianonya satu persatu, memainkan salah satu lagu kesukaannya dan Vanessa.

Stay Stay Stay, by Taylor Swift, slow version.

Keenan benar-benar merasa sakit jika mengingat lagu ini; karena yang memenuhi kepalanya hanyalah senyuman gadis itu. Lagu yang berirama riang ini justru menjadi pisau yang menghujam dadanya saat ini.

"And I said, stay, stay, stay…."

"I've been loving you for quite some time, time, time."

Keenan tertegun, bahkan tuts yang dia mainkan jadi tak jelas di jemarinya.

"You think that it's funny when I'm mad, mad, mad, but I think that it's best if we both stay."

Keenan dengan cepat membuka balkon kamarnya, membuat perempuan yang tengah memakai piyama abu-abu dengan rambut panjang yang digerai tersebut terkaget.

"Gue… minta maaf, Hana," ujar Keenan sedikit gugup. Dia benar-benar tak bisa jika perang dingin dengan seseorang lama-lama, apalagi jika karena kesalahannya. Dia tak ingin kepikiran dan merasa bersalah terus-terusan. "Sori ucapan gue terlalu kasar buat lo."

Hana mematung untuk beberapa detik, kemudian tersenyum ringan, menoleh ke arah yang berbeda. "That's okay."

Karel benar. Hana adalah orang yang baik.

Namun, untuk beberapa detik, Keenan tertegun. Ekspresi Hana barusan mengingatkannya kepada seseorang; selalu memaafkan kesalahan Keenan meskipun tidak mau menatap Keenan secara langsung.

"Lagian, gak salah juga kalau lo ngomong gitu. Seenggaknya, gue jadi tau diri," kata Hana lagi. "Baru pertama kali gue jatuh cinta, pertama kali juga gue patah hati."

Keenan benar-benar tak suka mendengarnya. Dia jadi benar-benar merasa bersalah. Ugh.

"Lo tau..." Keenan menghela napasnya, menyandarkan lengannya ke balkon, mendongakkan kepala ke atas, melihat bintang-bintang. "Lebih baik jatuh di pelabuhan dan lo gak jadi naik kapal karena terluka, daripada akhirnya jatuh di tengah lautan dan mati tenggelam."

Hana mengernyitkan dahinya.

"Perempuan yang gue cintai ninggalin gue buat selamanya dua tahun yang lalu, karena kecelakaan," ujar Keenan tersenyum penuh kepedihan. "Dan ketika kecelakaan, dia bareng selingkuhannya."

Hana tertegun. Jelas sekali, bahwa ucapan Keenan barusan seakan-akan memberi isyarat bahwa: 'Gue bahkan punya patah hati yang lebih menyakitkan daripada patah hati lo.'

"Dan itu ibarat kapal yang tenggelam di tengah lautan," Keenan tersenyum ringan. "Gue mati tenggelam dibuatnya."

Forever YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang