❝STUDY tour?" Keenan mengernyitkan dahinya. "Masa gue baru pindah langsung dibawa study tour."
"Ya, namanya juga semester dua. Karena jurusan IPA dan IPS perlu observasi langsung, gak cuma belajar teorinya doang. IPA perlu observasi untuk pelajaran Biologi, dan IPS perlu observasi untuk pelajaran Sejarah," ujar Karel seraya mengikat tali sepatunya.
Karel hanya mangut-mangut sok mengerti.
"Lagian, gak cuma sekolah kita. Ada SMA Saint Meyer juga. Lo harus bangga, karena SMA kita menduduki peringkat nomor dua kalau bicara soal prestasi di kota ini, makanya bareng sama SMA Saint Meyer," ujar Karel.
"Kenapa gak nomor satu?" tanya Keenan mengernyitkan dahi. "Gue waktu di Inggris yah, sekolah di SMA nomor satu di Oxford."
"Kalau lo mau, lo bisa aja sekolah di SMA Saint Meyer, SMA nomor satu di kota ini," Karel menjeda ucapannya. "Bahkan mungkin SMA itu adalah SMA nomor satu di negeri ini. Tapi, lo akan jadi apa tanpa gue, hm?"
Keenan mencibir. "You need to ask yourself. Why don't you enter that school so we can be there together?"
"Gue masih mencintai kehidupan remaja yang damai, oke. Ibaratnya sekolah kita ini Korea Selatan, SMA Saint Meyer itu Korea Utara. Yah, seenggaknya, isinya anak-anak bibit unggul berotak encer semua. Kebanyakan sih, orang-orangnya pada serius, ya."
"Lo gak usah percaya rumor begituan, deh," Keenan menyeringai. "Gue waktu di SMA unggulan juga, orang-orang di luar pada mikir all that we can only do are study, study, and study. Tapi, nyatanya enggak, tuh."
"Terus?"
"Gila kali, ya. Gimana dah orang belajar mulu? Ga mungkin juga kan, ya, masa schedulenya tiap hari cuma belajar, belajar, belajar mulu. Kapan bokernya?"
"Iya, sih. Sam juga malah gak pernah belajar, kata Hana."
"Sam?" Keenan mengernyitkan dahinya. "Pinteran mana sama gue?"
"Gak tau. Pinteran dia, kali."
***
"NAH, KENA LAGI!" kekeh Melda tertawa jahat, dengan semangat menuangkan bedak ke atas telapak tangannya, kemudian memoleskannya ke wajah Hana.
"Anjir, kok gue mulu, sih?" tanya Hana sebal. "Lo semua pada curang, jangan-jangan?"
"Astagfirullah, ukhtiy," jawab Dhiva memegang dadanya dramatis. "Gak boleh suudzon, ih."
"Kita kenapa malah main kartu, dah? Besok harus bangun pagi, padahal," ucap Selly meletakkan kartunya di karpet berwarna kuning bergambar nanas tersebut. "Siapa yang ajakin main pertama?"
"Ya, lagian lo mau-mau aja, sih," Quin tertawa. "Schedule study tour emangnya apa-apa aja?"
"Ntar, gue ada nih, dikirimin Rendy tadi di grup chat," ucap Dhiva merogoh saku celananya, mengambil hapenya. "Tapi, tulisan Pak Kakashi jelek banget sumpah, dah," dengus Dhiva sebal melihat foto yang dikirim di grup chat tersebut. Apalagi sebagai pengguna kacamata, tulisan tersebut tak jelas karena difoto dari jarak yang tak bersahabat.
Kenapa dipanggil Pak Kakashi? Karena pria yang bernama asli Pak Radja tersebut hobi sekali memakai masker.
"Gue kaget, sih, sekolah bisa biayain study tour di tempat jauh dan fasilitas yang cukup mewah untuk ukuran sewa for study tour," ucap Melda menyengir kuda.
"Tiap tahun emang diadain begitu. Sekolah kita ini tajir, tau," kata Quin.
Selly, Melda, Dhiva, Quin, dan Hana merupakan anggota dari Unicorn Gang, geng yang dibentuk karena kepopuleran dan kecantikan mereka. Hampir semua orang di sekolah tau tentang hal itu. Tapi, bukan berarti mereka terpaksa dekat hanya untuk kepopuleran. Mereka berteman dengan sepenuh hati dan saling menyayangi seperti teletubbies, dan 'ngomongin di belakang' adalah hal yang paling anti dilakukan di dalam geng mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Yours
Teen FictionKeenan memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada tahun terakhir masa SMA-nya, setelah bertahun-tahun menetap di negeri asal papanya. Di balik segala kelebihan dan sifatnya yang paling annoying di keluarga, dirinya menyimpan luka selama setahun lebi...