"Za, Niko udah jemput tuh" teriak Mamah sambil mengetuk pintu kamar ku.
"Iya Mah, suruh tunggu sebentar." Kata ku sambil merapihkan penampilan ku di depam cermin.
Oh ya sebelumnya kenalkan, nama ku Ardiza Gianira. Aku anak ke dua dari keluarga Pak Agus Gumelar dan Ibu Rahma Kartika. Sedangkan kakak ku bernama Ariza Hiromi.
Papah ku bekerja di kementerian kelautan dan perikanan. Itu salah satu alasannya kenapa nama ku dan nama kakak ku ada yang berarti laut. Gianira artinya peri dari lautan, sedangkan Hiromi artinya laut yang indah.
Aku segera keluar dari kamar dan langsung melihat Niko yang sedang sarapan bersama keluarga ku. Papah, Mamah dan Teh Riza sudah duduk manis di meja makan sambil sesekali mengobrol dengan manusia berbulu di hadapan ku ini.
Perkenalkan juga manusia berbulu yang sedang mengobrol dengan keluarga ku ini, namanya Niko Mahawira. Sahabat ku semasa kuliah dan ga tau aku harus menyebutnya keberuntungan atau sebaliknya karna sampai detik ini kami masih bersahabat dengan baik, ya DENGAN BAIK.
Sebenarnya kami berteman dekat sejak kuliah itu bertiga. Aku, Niko dan Yaya. Tapi kehidupan Yaya jauh lebih beruntung dari kehidupan ku.
Dia saat ini sedang menempuh program magister dan sudah menikah. Sedangkan aku dan Niko, lebih memilih untuk bekerja di salah satu perusahaan yang ternyata milik mertua Yaya.
"Ko ayok jalan" kata ku setelah meminum susu buatan Mama.
"Ga sarapan dulu dek?" Tanya Papah sambil menatap ku.
"Tadi sebelum mandi udah nyicipin nasi goreng Mamah ko" kata ku sambil tersenyum.
"Kalau nyicipin tuh bukan satu piring dek" kata Teh Riza sambil tertawa menyebalkan.
Setiap pagi Teh Riza suka menyempatkan diri untuk video call dengan A Gilang, pacarnya Teteh dan kali ini pun Hp Teh Riza sudah berada diatas meja makan yang sudah memperlihatkan wajah A Gilang di layarnya.
"Hallo A" sapa ku sambil melambaikan tanga ke arah Hp Teh Riza.
"Tumben jam segini belum berangkat Dek" kata A Gilang sambil melihat ke arah jam tangannya.
"Nih, supirnya malah numpang sarapan dulu di rumah" kata ku sambil menunjuk Niko yang masih sibuk dengan sarapannya.
"Ko ayok ih, telat nanti" kata ku lalu berdiri di samping Niko.
Aku melirik malas ke arahnya. Ini si manusia berbulu juga masih anteng aja nyemilin bakwan jagung di depannya.
Ngomong-ngomong alasan ku manggil Niko manusia berbulu karna bulu-bulu di tangan, kaki dan bahkan wajah Niko ini banyak banget!
Kadang aku sampe geli sendiri kalo si Niko sengaja gesek-gesekin tangannya yang berbulu itu ke tangan ku. Udah pasti aku langsung marahin dia habis-habisan deh kalau ni anak satu bertingkah kaya gitu.
"Kooo" panggil ku.
"Iya bentar Ja. Ini bakwan jagung buatan Tante Rahma enak banget soalnya" kata Niko sambil menyuapkan sisa potongan bakwan jagung ke mulutnya.
Setelah mencuci tangan dan meminum teh buatan Mamah. Aku dan Niko langsung pamit untuk pergi ke kantor.
"Katanya ga bisa jemput?" Tanya ku ke arah Niko yang sedang fokus mengendarai mobilnya.
"Mbak Tiwi jadinya pergi dianter Mas Dirga" jawab Niko sambil sesekali melirik ke arah ku.
Perlu kalian tau, Mbak Tiwi dan Mas Dirga yang Niko sebut tadi adalah nama orang tua Niko. Sinting kan manusia berbulu yang ada di samping ku ini? Bisa-bisanya dia manggil orang tuanya dengan sebutan seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
F.R.I.E.N.D.Z.O.N.E
RomanceYang satu so-soan ga peka. Yang satu lagi ga mau mencoba buat berterus terang dan malah menyimpan banyak rahasia hidupnya sendiri. Gitu aja terus sampai ladang gandum berubah jadi koko krunch! Terlalu sering bersama membuat Ardiza Gianira dan Niko M...