PART 6

6.7K 611 31
                                    

Aku dan A Gilang sudah berada di salah satu restoran seafood yang letaknya ternyata ga begitu jauh dari toko. Selama perjalanan kami banyak bercerita satu sama lain. Ga jarang A Gilang sampai ga bisa berhenti tertawa tiap denger celetukan aneh dari mulut ku.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku hanya pergi berdua dengan A Gilang. Dulu sebelum pindah ke Bekasi, beberapa kali A Gilang pernah mengantar atau bahkan menjemput ku pulang dari kantor.

Tapi tentu kami lebih sering pergi bertiga, tentunya sama Teh Riza. A Gilang ga keberatan kalau Teteh sering ngajak aku untuk ikut mereka berdua.

"Sampe hari apa di Bekasi Dek?" Tanya A Gilang yang sudah duduk di hadapan ku.

"Sampe Rabu pagi A. Siangnya langsung ke Jakarta" jawab ku sambil memperhatikan ke sekeliling kami.

"Kesini bawa mobil?" Tanya A Gilang.

"Iya, biasa kan bareng pak supir yang paling setia anter jemput" jawab ku sambil tertawa.

"Niko kenapa ga ikut?" Tanya A Gilang.

"Mau makan bareng sama anak toko katanya A" jawab ku.

"Kamu ga ikut emang ga apa-apa Dek?" Tanya A Gilang.

"Tadi udah izin ko ke anak-anak toko" jawab ku.

"Eh kantor A Gilang emang deket daerah sini?" Tanya ku.

"Mmm agak jauh sih, tadi sih dari kantor ke toko sekitar 40 menitan lah" jawab A Gilang.

"Eh aku kira deket. Tau gitu ga usah nyempetin ketemu kali A" kata ku sambil tersenyum.

"Ga apa-apa, kapan lagi kan bisa begini" jawaban dari A Gilang sedikit membuat ku bingung.

"Maksudnya A?" Tanya ku.

"Iya kapan lagi kamu ke Bekasi gini. Kan jarang-jarang Dek" jawab A Gilang sambil tersenyum.

Tapi entah kenapa aku malah menangkap maksud lain dari jawaban A Gilang tadi.

"Kamu sama Niko tuh pacaran apa gimana sih Dek?" Tanya A Gilang.

Aku hanya tertawa dan entah kenapa rasanya ga berminat menjawab pertanyaan dari A Gilang ini. Aku bahkan ga peduli kalau dia beneran nganggep aku sama Niko pacaran.

"Eh malah ketawa. Aku seriusan nanya Dek" kata A Gilang.

Aku masih ga menjawab pertanyaan dari A Gilang dan malah mengalihkan pembicaraan kami.

"Aku lupa belum bilang sama Teteh kalau ketemu A Gilang" kata ku sambil mengeluarkan Hp dari dalam tas.

"Ga usah bilang ya Dek. Nanti biar aku yang bilang" kata A Gilang sambil menahan tangan ku yang akan menghubungi Teh Riza.

Aku buru-buru melepaskan genggaman tangan A Gilang di lengan ku dan menatap bingung ke arahnya.

"Dek" panggil A Gilang.

Aku hanya menatapnya dalam diam.

"Kenapa ya kok rasanya sekarang ini aku lebih seneng ngobrol sama kamu" kata A Gilang sambil menatap ke arah ku.

"Makanya waktu Riza bilang kamu ke Bekasi, aku langsung whatsapp Adek dan ngajak ketemu" kata A Gilang.

Aku mulai ga ngerti arah pembicaraan kami ini kemana.

"Beberapa minggu yang lalu aku ketemu Papah dan bilang mau lamar Riza. Tapi ga tau kenapa setelah bicara seperti itu sama Papah aku malah semakin ragu sama hubungan ku sama Riza" kata A Gilang.

Sinting! Dia macarin Teh Riza 3 tahun dan sekarang malah bilang kaya gini. Bahkan ngomong sama adek pacarnya sendiri!

"Kayanya emang salah ku sendiri. Dari awal harusnya aku bisa terus terang dan jujur sama Riza kalau maksud ku dulu itu sebenernya mau deketin Adeknya." Kata A Gilang.

F.R.I.E.N.D.Z.O.N.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang