Five

381 72 6
                                    

Keesokan harinya, aku tiba di ruang latihan lebih awal daripada member lain karena produser The Dream Show mengatakan bahwa aku harus berlatih lebih dulu daripada mereka. Meskipun aku tak tahu apa yang beliau inginkan dariku saat konser, pikiranku seakan-akan tidak mementingkan hal tersebut. Pikiranku justru sibuk membayangkan berbagai kemungkinan ketika aku nanti bertemu Jisung.

Perpisahan kemarin benar-benar tidak mengenakkan. Saat aku dijemput ibuku untuk kembali ke rumah, Jisung bahkan tidak melambaikan tangan seperti biasanya, bahkan (mungkin) lupa mengucapkan 'sampai jumpa'.

Jika hari ini aku bertemu dengannya, apa yang harus kukatakan?

Pasti suasananya sangat awkward kalau tidak ada member lain.. Hanya itulah satu-satunya konklusi dari pikiranku.

Mungkin aku harus mengajaknya makan sup Malatang.. Ah, bagaimana bisa kami bercakap berdua dalam kondisi seperti ini? Pikirkanlah yang benar, Zhong Chenle!

Terlalu sibuk dengan pemikiranku hingga tak sadar bahwa mobil ibuku sudah mencapai pintu masuk SM building. "Berikanlah yang terbaik untuk hari ini!" Ujar ibuku sambil menyium dahiku dengan pelan kemudian mengusapnya, sepertinya beliau paham bahwa aku akan sangat malu jika mendapati dahiku berwarnakan bekas lipstik beliau yang kemerahan.

"谢谢 (Xiè xie).. Bertemu dengan Ibu nanti, ya?" Senyum yang sedikit dipaksakan terulas di wajahku yang kemudian menutup pintu mobil dan memasuki SM building dengan segera. Aku sedang tidak mengenakan make up apapun sehingga aku tidak ingin tercegat paparazzi para fans yang mungkin saja sudah menduga kedatanganku.

Rencana produser The Dream Show terhadapku segera kuketahui ketika kulihat sebuah keyboard sudah tersedia lengkap dengan pedal sustain-nya. Piano.. Sudah lama aku tidak memainkannya, kira-kira lagu apa yang akan aku mainkan?

"Ah, Chenle!" Sang produser yang baru saja melihatku segera menghampiriku dan bersalaman. "Kau tepat waktu sekali, masih ada sepuluh menit dari waktu yang kita kemarin sepakatkan," Katanya sambil menyesap kopi dari gelas plastik yang sedari tadi dia pegang.

"Oh, ya? Mungkin karena aku terlalu bersemangat sehingga bangun lebih pagi hari ini, haha!" Namun yang terjadi justru sebaliknya, pikiranku terlalu berputar-putar hingga aku hanya bisa tidur sebentar dan bangun dengan kondisi pikiran yang sama buruknya.

"Baik, mari kujelaskan apa yang akan kau lakukan untuk menggugah hati NCTzen.." Dia menaruh gelas kopinya yang kini hanya bersisakan ampas di salah satu meja yang penuh dengan bungkus makanan kecil. "Best Friend.. Itukah judul lagumu?" Dia pura-pura merasa ragu menyebut, padahal sudah memegang set list The Dream Show.

"Lagu kami. Tentu saja kami benar-benar tahu lagu itu.. Bukankah kami akan menyanyikannya bersama?" Ujarku yang menunjukkan penolakan untuk menyanyikan lagu itu sendiri, padahal jelas tersurat dalam liriknya bahwa lagu itu (semoga) menunjukkan persahabatan para member.

"Ohhh, tentu tidak! Kalian tetap menyanyikannya bersama-sama!" Dia memukul-mukul pundakku perlahan, "Tapi untuk solo stage.. itu bisa kupertimbangkan, sungguh!" Sepertinya aku baru saja menyulut api dari kompornya, sekarang tercermin dari matanya bahwa semangatnya dalam menyusun konser ini sangatlah berapi-api.

"Baiklah, apa aku akan memainkan piano Best Friend?" Tanyaku sambil berjalan menuju piano dan menyalakannya dengan menekan tombol merah di sebelah kanan tubuh keyboard.

"Ya, benar! Aku akan memberimu tiga hari untuk membuat score-nya, apa aku bisa memercayaimu?" Sang produser melipat kedua tangannya di depan dada, mengamatiku yang menekan tuts keyboard dengan asal.

Heaven and EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang