"Jadi intinya, kau datang latihan lebih pagi untuk melatih staminamu?"
Aku mengiyakan pertanyaan Jisung yang kesekian kalinya dengan anggukan.
"Ya. Kalau aku tidak melakukan ini, manager-nim mungkin akan menamparku untuk kedua kalinya."
Melihat ekspresi serius Jisung, aku menimpali, "Yah, kau tahu kan seberapa galaknya dia mengenai performa kita?"
"Dan kau juga tahu, kan kalau aku tidak akan membiarkan tangannya mendarat di wajahmu lagi?"
Aku memiringkan kepala, pura-pura tidak paham akan apa yang lawan bicaraku sampaikan.
Reaksiku membuatnya salah tingkah, tersenyum jahil entah menghadap ke arah mana, yang jelas bukan ke arahku.
"Kau ini benar-benar.. Tidak bisa memahani perkataan manis, ya?" Ujarnya dengan kesal sambil menyembunyikan wajah di balik tangan besarnya.
"Satu-satunya hal yang kuanggap manis adalah susu cokelat!" Kataku bercanda, tak tahan untuk membingungkan perasaan Jisung.
"Memang kau ini masih bayi.."
Niatku untuk membingungkannya benar-benar sukses.
Jisung menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan jawaban-jawabanku yang tidak masuk akal.
Meski saat ini kami bisa mengobrol seakan-akan pertengkaran kami beberapa hari yang lalu hanya mimpi, tetap saja ada perasaan menggganjal.
Entahlah, seperti ada sesuatu yang belum terungkap.
Sesuatu yang tersembunyi – atau lebih tepatnya disembunyikan – oleh maknae ini.
"Jadi hari ini, kau memulai latihan satu jam lebih awal dan tetap mengikuti latihan bersama sampai malam nanti?
Apa kau tidak akan kelelahan?"
Jisung bertanya sambil menyibak-nyibakkan poninya yang kini mulai menyentuh matanya.
Jujur saja, aku tidak tahan ingin menggunting rambutnya yang sudah terlalu panjang dengan tanganku sendiri.
Aku merasa risih sekaligus khawatir kalau rambut panjang nan tajamnya itu dapat memperburuk penglihatannya.
Sayangnya, mungkin aku malah justru memperburuk model rambutnya.
Kalian tahu, kan kami berdua sama-sama pemilik warisan poop hands?
Memperbolehkanku untuk memotong rambutnya bisa menjadi penyesalan terberat Park Jisung seumur hidup.
Ketika dia menyibakkan rambutnya, sekilas kulihat raut wajahnya yang nampak prihatin.
Jelas-jelas tersirat bahwa dia tidak ingin aku memaksakan diri dan memperbesar kemungkinanku untuk mengalami cedera.
"Kau itu terlalu khawatir," Kataku walau merasa tersentuh dengan perhatiannya, "Kau seharusnya lebih banyak memikirkan hal-hal yang positif, Jisung-ah."
"Haha, maaf, kau benar.." Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dengan kikuk, "Aku tidak tahan untuk tidak memikirkan segala macam kemungkinan."
Pembicaraan dengan Jisung berlangsung lebih lama dari yang aku kira.
Keringatku yang awalnya terus menetes kini telah mengering dan menyisakan bagian punggung kausku yang lepek.
Kami sama-sama terlalu nyaman dengan posisi duduk kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/233653197-288-k740547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven and Earth
RomanceCheon (천) dan Ji (지) yang diartikan sebagai langit dan bumi, Heaven and Earth. ChenJi, ini dan itu. ChenJi, aku dan kamu. Aku di sini saat kamu melihat ke atas sehingga kamu tak perlu takut melangkah. Dan kamu menungguku saat aku melihat ke bawah se...