Twenty Two

266 47 21
                                    

Seiring latihanku selesai, aku mendengar tepuk tangan yang beriringan dari para member.

Saat akhirnya aku berani menatap ke arah mereka, para hyung masih terlihat heboh bersahut-sahutan setelah menyaksikan penampilanku, tapi hanya satu orang ini yang tak memberikan reaksi apapun.

Tak mengubah posisi duduknya sejak awal penampilanku, Park Jisung hanya menatap nanar ke arah lantai sambil melingkari kedua kakinya yang menekuk dalam relungan kedua lengannya.

Ada apa dengannya? Batinku bertanya-tanya.


"Baik, terima kasih, Chenle!"

Aku mengalihkan pandangan ketika manager-nim menyebutkan namaku dan mempersilakanku untuk duduk kembali bersama para member.

Sebuah tempat kosong tersedia tepat di samping Jisung dan aku tanpa pikir panjang segera berjalan menuju ke arahnya.

Namun sebelum aku tiba di sebelahnya, Jeno-hyung terlebih dahulu mengambil posisi itu serta langsung mengelus tengkuknya dan menanyakan kondisinya.


Ahh, terlambat..


Ketika Jisung mengangkat kepalanya dan sempat menghadap ke depan, aku tahu pandangan kami bertemu selama beberapa detik.

Aku berusaha tersenyum, tapi dia hanya menanggapi dengan tatapan sendu yang membuat senyumku seketika pudar.


Apa lagi kesalahan yang sudah kuperbuat?


Apa lagi yang keliru?


Pikiranku mulai bercabang tak karuan dan aku berusaha menahan segala kebingungan dengan mengepalkan tangan sedemikian erat.

Dengan terpaksa aku menempatkan diri di antara Renjun-hyung dan Jaemin-hyung yang kini sedang bercanda berdua, padahal segenap pikiranku masih tertambat di samping Jisung.


Oh, Jeno-hyung, tidak bisakah kita bertukar posisi?


Aku akhirnya menampar kedua pipi menggunakan kedua tanganku, memarahi diri sendiri karena tidak fokus pada latihan yang masih berlangsung.

Manager-nim, sang produser, juga koreografer juga masih mengevaluasi masing-masing penampilan kami di depan mata.

Ayolah, Chenle! Fokus! F O K U S ! Aku berteriak dalam hati.

Jaemin-hyung yang melihatku menampar diriku sendiri sedikit terperanjat, "Chenle-ya, apa yang kau lakukan!?"

Ia menanyakan itu sambil sedikit berbisik supaya tidak menimbulkan kegaduhan serta keingintahuan ketiga 'pengamat galak' yang sedang berdiri di hadapan kami.

"Mungkin dia kerasukan roh tidak suci.." Jawab Renjun-hyung dengan asal, aku sedikit kaget karena ternyata dia juga menyaksikan perbuatanku yang penuh tanda tanya itu.

Merasa malu karena telah tertangkap basah oleh kedua hyung, aku menjawab dengan gurauan.

"Iya, aku kerasukan setan dari kedua makhluk di sebelahku."

Mendengar itu, Renjun-hyung segera mengapit leherku dengan lengannya, membawaku ke dalam cekikan longgar yang biasa dia berikan pada orang-orang yang membuatnya gemas.

Heaven and EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang