Eighteen

251 45 10
                                    

Pertemuan dengan manager-nim memang membawa titik terang untukku, tapi tidak untuknya.

Dia mati-matian menolak permintaanku untuk mempraktikkan konsep solo stage secara live.

"Kau harusnya sudah puas karena bisa bermain solo piano untuk intro Best Friend. 

Kalau kami membiarkanmu untuk bermain piano lagi, kau bisa kelelahan!"

Ternyata itulah hal utama yang menjadi keprihatinannya: staminaku untuk tampil di panggung.

Kuakui memang bermain piano membutuhkan konsentrasi yang tinggi.

Dalam melakukan solo dance maupun menyanyi solo, gerakan atau nada yang kita tampilkan dapat diubah on the spot sesuai keinginan kita. 

Orang lain pun tidak akan sadar bahwa kita mengubah sequence urutannya.

Lain halnya dengan piano yang kunci atau chord lagunya sudah ditentukan dan telah tertulis dalam partitur.

Jika konsentrasi kita buyar, satu atau beberapa bagian lagu bisa terlupakan, hasilnya kita salah menekan tuts piano dan habislah sudah penampilan kita.

Kalau untuk showcase biasa, mungkin akan terlihat wajar kalau kita terlalu gugup sehingga penonton akan memakluminya dan sang performer pun mungkin akan ikut tertawa lalu mengulang penampilannya dari awal kalau masih tersedia sisa waktu yang mencukupi.

Namun untuk konser The Dream Show, di mana para member akan mempersembahkan solo stage masing-masing dengan konsep super matang, tentunya itu merupakan skakmat.

Terutama untukku yang ingin menyampaikan apa yang kurasakan pada Czennie. 

Bayangkan, apa yang akan penonton tangkap bila yang kubawakan justru hanya panggung komedi?

Meski banyak kemungkinan buruk yang hinggap di otakku, aku tetap bersikeras.

"Bukankah sudah seharusnya kami menampilkan lagu-lagu kami secara live?"

Manager-nim yang sudah paham bahwa aku sangat keras kepala hanya menghela napas panjang lalu menjawab, "Ya, ya, aku akui memang kau tidak salah.."

"Kalau begitu—"

"Tapi ingat, Chenle-ya," Ia mulai kehilangan kesabaran, "Selain solo piano, kau juga harus menyanyi dan menarikan belasan, bahkan mencapai puluhan lagu!

Penampilan terakhir darimu sangatlah menentukan antiklimaks* The Dream Show. 

Tidak mungkin kami mengambil risiko untuk bergantung seberat itu padamu dengan membiarkanmu melakukan segalanya secara live!"

Deg.

Entah apa yang sebenarnya manager-nim ingin sampaikan lewat perkataannya itu.

Namun, pikiranku yang sejak awal memang sudah bubrah segera menerjemahkannya menjadi suatu hal yang buruk.

Emosiku perlahan memuncak dan aku mulai meracau, "Apa maksudnya? Maksudnya aku adalah seorang member yang tidak bisa diandalkan, ya? 

Jadi kau tidak mau memberikanku tanggung jawab sebesar itu?"

Urat dahi manager-nim seperti ingin putus ketika dia membelalak, "Astaga, Zhong Chenle! Apa yang kau bicarakan? Aku tidak pernah menganggapmu seperti itu?

Setiap member memiliki kapasitas masing-masing dan menurutku, kau sangat bisa diandalkan. Hanya saja.."

Balasan manager-nim yang tidak meyakinkan tentunya membuatku semakin 'menggila'.

Heaven and EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang