Tubuh yang terlalu letih membuatku cepat tertidur pulas, namun pikiran yang carut-marut membuatku segera terbangun.
Tiba-tiba, kedua mataku terbuka perlahan dan kulihat jam analog yang terpampang di atas dinding seberang tempat tidurku masih menunjukkan pukul empat subuh.
Selama tertidur tanpa bermimpi, aku lega karena bisa sejenak melupakan sosok sasaeng yang mulai menunjukkan keberadannya.
Sayangnya, ketika aku beralih memandang handphone-ku yang sedang terbaring dalam kondisi shut down, aku segera mengingat dengan ngeri kejadian kemarin.
Biasanya, saat aku terbangun secara tiba-tiba seperti ini, aku akan menyalakan handphone dan iseng mengetikkan namaku di search engine untuk mengecek – atau memantau – apa yang Czennie unggah tentangku, hahaha.
Kegiatan itu sangat menyenangkan, apalagi karena hanyak Czennie yang kreatif untuk menjadikan wajahku sebagai meme.
Berbeda halnya dengan hari ini, kegiatan tersebut tentunya tidak dapat kulakukan. Bayangan mengenai pesan-pesan lain tentang keseharianku yang semestinya bersifat privat saja sudah membuatku merinding.
Aku memutuskan untuk mencoba tidur kembali dengan menutup paksa kedua mataku.
Namun, setelah beberapa menit berlalu dengan pandangan mata penuh hitam pun, aku tetap terjaga. Padahal seluruh tubuhku rasanya masih pegal dan seperti mengemis untuk diberi istirahat lebih lama lagi.
"Aaaaarghh! Menyebalkan.." Saat aku menendang-menendang selimut menggunakan kedua kakiku, segera terlintas kejadian terpeleset memalukan kemarin.
Pelan-pelan kutekan sumber nyeri yang sejak tadi malam mengganggu dan betapa leganya aku ketika mendapati tak ada nyeri yang tersisa.
Setidaknya, salah satu kesialanku sudah berlalu.. Begitulah pikirku.
Kutarik selimut tebal untuk melapisi tubuhku dan meringkuk ke kanan-kiri hingga sukses terlelap lagi.
Pukul tujuh tepat, alarm berjalanku (baca: ibuku) segera melakukan tugasnya untuk membangunkanku dan aku yang rasanya baru tidur semenit yang lalu melangkahkan kaki ke kamar mandi.
"Oh.. Apa yang terjadi.." Kesan itulah yang spontan terpikir olehku saat melihat pantulan wajahku di cermin kamar mandi. Kantung hitam tebal terpampang sangat jelas di kedua mataku. Aku heran sekaligus lega karena ibuku tidak menyadarinya.
Aku sengaja mengambil pakaian serba hitam, termasuk masker dan kacamata hitam – yang sebenarnya tidak bermanfaat – hanya untuk menyukseskan penyamaran.
Selain itu, kupakai juga topi yang berbeda dari biasanya, maksudku agar masyarakat umum (terutama si sasaeng) tidak menyadari kehadiranku.
Keluar dari rumah dengan hati-hati, memasuki gedung SM dengan tergesa-gesa, bahkan setengah berlari memasuki ruang latihan.
Rasanya seperti dikejar anjing penjaga yang tidak kita ketahui arah datangnya dari mana.
Membuka pintu ruang latihan dengan tertatih-tatih, pandangan member lain yang sudah datang lebih dulu serentak tertuju ke arahku.
"Apa yang terjadi? Kau seperti dikejar setan!" Sahut Jeno-hyung dari ujung ruangan dan suaranya menggema hingga ke seluruh penjuru.
"Chenle-ssi, kau belum terlambat! Lihatlah, masih ada waktu tiga puluh menit!" Renjun-hyung menunjukkan angka jam digital pada homescreen iphone-nya yang menampilkan angka 7 lebih 30 menit, sedangkan latihan dimulai pukul 8 tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven and Earth
RomanceCheon (천) dan Ji (지) yang diartikan sebagai langit dan bumi, Heaven and Earth. ChenJi, ini dan itu. ChenJi, aku dan kamu. Aku di sini saat kamu melihat ke atas sehingga kamu tak perlu takut melangkah. Dan kamu menungguku saat aku melihat ke bawah se...