For You (II)

252 44 7
                                    

"Chenle solo stage, 5 menit!"

Aku menghembuskan napas cukup berat, berusaha mengatur detak jantung yang tak karuan.

Setelah kata-kata cringe terakhirku yang hanya dibalas dengan senyum pahit Park Jisung, aku hanya mengucapkan kalimat singkat padanya.

"Tolong lihat solo stage-ku."

Daripada sekadar berucap, itu lebih seperti suruhan, aku tahu.

Aku benar-benar ingin Jisung menyaksikan apa yang akan aku suguhkan.

"Kenapa? Kau akan menyanyikan lagu itu, kan?"

Oh, ternyata Jisung masih mengingatnya. Jangan-jangan, dia juga masih mengingat jelas tiap bait liriknya?

Aku memperhatikan kedua mata Jisung yang semakin menyipit, "Tell me, tentang apa itu sebenarnya?"

Dengan segera aku menggelengkan kepala, "Dengarkan saja lagunya dengan saksama."

Si jangkung mengerutkan dahinya dan aku segera menambahkan, "Just listen to the song. The song says everything."

Sebelum Jisung sempat membalas, manager-nim telah menyebut namaku.

"Zhong Chenle, masuk panggung, sekarang!"

Aku meninggalkan Park Jisung dengan wajah yang masih penuh dengan tanda tanya.

Ah, Zhong Chenle, kau aneh sekali.

Padahal kau dan Park Jisung sedang marah-marahan, tapi dalam keadaan kesal sekalipun, kau masih menganggapnya menggemaskan. Apalagi dalam ekspresi bingungnya, gemasnya tambah menjadi seribu kali lipat!

Aku memasuki panggung diiringi dengan tepuk tangan meriah dari czennie dan langsung saja kududuki kursi di balik piano yang telah disediakan.

Tidak segera berbicara, aku melihat ke kanan dan ke kiri, berusaha memperhatikan satu demi satu wajah czennie yang menjadi kebanggaanku, kebanggaan Dreamies, kebanggaan keluarga Neo Culture Technology

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak segera berbicara, aku melihat ke kanan dan ke kiri, berusaha memperhatikan satu demi satu wajah czennie yang menjadi kebanggaanku, kebanggaan Dreamies, kebanggaan keluarga Neo Culture Technology. 

Sudah berapa jam mereka habiskan untuk menonton konser kami? Mereka dan kami, sama-sama lelah, tapi tetap mengantisipasi kehadiran satu sama lain.

Setelah puas memandang, aku mendekatkan mulutku pada mikrofon dan menyapa mereka.

"Halo semuanya! Selamat malam, Czennie!"

Balasan mereka tak sekeras penampilan-penampilan sebelumnya.

Bukan, bukan karena tak semangat, namun karena semangat mereka yang sudah terkuras habis.

"Maaf sudah membuat kalian semua menunggu lama untuk menyaksikan penampilanku."

Aku mendengar teriakan, 'tidaak' dan 'tidak apa-apa, Chenle' dari seluruh penjuru venue.

"Haha! Czennie!"

Heaven and EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang