2

2.4K 221 20
                                    

Hidupnya lebih berwarna. Setiap hari, ia merasakan cinta. Hatinya berdebar, padahal hanya menunggu balasan pesan dari Dila. Cinta memang begitu.

Malam ini ia lembur bersama teman yang lain. Disambi dengan video call Fadila. Ia bersembunyi dari temannya, mengatakan bahwa Fadila teman SMAnya dan tak memiliki hubungan apa-apa.

Lirikan heran ia dapatkan. Pasalnya, semua mengenal sosok Alfath sebagai lelaki anti perempuan. Dilihat dari keluarganya yang religius sekali. Nyatanya, ia bebas tertawa ria dengan perempuan yang hijabnya terlepas di seberang sana.

"Dil, pake dong kerudungnya. Di sini ada teman-temanku, nanti mereka lihat."

Dalam hati, ia ingin Fadila istiqomah dengan hijabnya. Tapi ia tak bisa memaksa. Alfath yakin seiring berjalannya waktu, Fadila akan terbiasa. Bukan karena mengikuti gaya yang sedang trendy, tapi karena Allah. Semoga.

"Panas, Al. Jangan diliatin ke mereka dong!"

Alfath menurut. Perbincangan mereka selesai karena Fadila menguap. "Kamu tidur ya, udah malam. Aku matikan."

Dunia kembali asyik saat rasa cintanya dan Fadila bersatu. Manis, seperti tiada hari tanpa senyum.

Alfath sangat ambisius, masih ingat kan? Sekali jatuh cinta, ia harus bisa memiliki. Meski dengan menjalin hubungan rahasia.

Fadila gadis yang riang. Sarjana Ekonomi, yang baru lulus bulan kemarin. Hobinya travelling, masih sama seperti SMA dulu. Bagi Alfath, senyumnya manis tak ada yang mengalahkan.

Sama-sama merantau di Jakarta, mereka dibawa takdir untuk kembali bersama. Alfath berharap suatu saat nanti tak ada lagi yang perlu dirahasiakan. Ia akan bangga membuka hubungan rahasianya, tentunya di tengah pesta pernikahan yang mereka dambakan.

Amrullah tak sengaja melihat ini story di Whatsapp Alfath. Sepasang tangan yang tertaut. Jelas sekali terlihat itu tangan lelaki dengan perempuan. Amrull yang suka sekali melihat saudaranya kena semprot, ia melapor pada Risel. "Mah-Ammah! Lihat ini!"

Ditunjukkan foto itu. Risel buru-buru mengecek ponselnya, tapi tak ada. Dipanggilnya Azzam. "Zam! Sini bentar."

"Apaan, Ammah?"

"Lihat ponselmu, Kak Al buat story apa di Whatsapp?" Azzam menggulir layar ponselnya, tapi tak ditemukan yang dimaksud Risel.

Azzahra juga sama, tak menemukan. Ah, Alfath licik. Dia mengecualikan semua keluarganya, kecuali Arull.

"Idih, lihat masa diprivasi dari keluarganya. Nomor Arull mungkin kelewat," cibir Arull.

Kening Risel mengkerut, tak mungkin anak kesayangannya itu berlaku begitu. Selama ini tak pernah ia melihat Alfath berurusan dengan perempuan. Terakhir kali adalah ketika kelas satu SMA, dan itu sudah lama sekali.

"Mah, masa Kak Al begitu?" Azzam juga tak percaya. Di matanya, Alfath adalah sosok luar biasa keren. Sikapnya yang datar dan cuek itu ia acungi jempol--bisa membuatnya terjaga dari perempuan.

"Ya jelas itu, ngapain disembunyiin dari kalian? Kak Al diam-diam ganas! Aw," Risel mencubit lengan Amrull yang memanas-manasi. "Jangan ngomong gitu sama Kakaknya!" Azzahra menertawakan Amrull, "Mampus!"

Diteleponnya nomor Alfath. Risel tak sabar mendengar penjelasan anaknya itu. Ia yakin seratus prosen kalau anaknya tak akan bermain perempuan.

"Assalamu'alaikum, Mah? Al lagi di kantor tau, Mah. Ada apa?"

"Wa'alaikumussalam. Ganggu ya? Ammah cuma mau tanya, tangan siapa yang kamu genggam di postinganmu itu?"

Alfath sempat berpikir. Postingan mana? Lalu ia tersadar story whatsapp yang belum lama ia unggah.

Al-FathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang