10

1.9K 203 33
                                    

Purnama menyapa. Aku tidak se euforia itu menyambutnya. Duduk termenung di ruang tamu minimalis dengan sofa hitam yang tersusun mengelilingi meja kayu putih.

Mengenal pria, aku tak pernah. Apalagi sampai jatuh cinta. Dia--Alfath, lelaki yang tak sengaja kutemukan di beranda aplikasi, mampu membuat sejarah dalam hidupku. Jatuh cinta.

Aku rasa semua wanita akan senang diajak menikah dengan lelaki yang dicinta.

Aku masih terkejut. Pagi tadi, dia datang dengan wajah serius mengajak menikah diriku. Aku marah. Gimana bisa dia berkata begitu.

Fadila. Nama perempuan yang tersangka kekasihnya. Kenapa tidak menikah dengan kekasihnya saja? Kurasa mereka saling mencintai, terlihat adu matanya saat di Aw waktu itu.

Matanya berbinar saat menatap Fadila, mengatakan ada bahagia di situ. Sedang ketika beralih menatapku, datar. Aku tau, dia tak mengenalku. Hanya sebatas penjual salad buah yang tak sengaja ia beli.

Kalau ditanya apa aku masih mencintainya setelah tau dia memiliki kekasih? Jawabanku adalah iya.

Tapi, aku nggak menafikan rasa marahku atas perlakuannya tadi pagi.

Sembarangan. Ini pernikahan, tidak bisa dimainkan.

Ingin sekali kutanyakan lebih lanjut, tapi aku terlanjur termakan emosi. Laura memberi tahu nama Ustadzah Lupi. Oke, jika dia mendatangi, akan kupertimbangkan.

Astaghfirullah.

Asyiha.

Aku lupa. Ada satu nama di hidupnya. Fadila. Kenapa dia berani mengajakku menikah sedang ada kekasih di hidupnya.

Aku menepuk kepalaku, membodohkan diri sendiri. Sepertinya membuat konten prank sedang ramai sekarang. Ya, kurasa aku dijadikan objek.

Kubuka ponsel, berseluncur di youtube. Mengetik nama Alfath berulang kali, tapi tak ada.

Tidak.

Lelaki seperti Alfath mana mungkin mau bertopeng di depan kamera. Apalagi sampai membuat konten bohong begitu.

Lalu, aku harus apa?

Dasar hatiku, aku menginginkan bersama dengannya. Tapi bukan begini caranya. Itupun jauh sebelum aku tau jika ada Fadila di hatinya.

Tring.

Assalamu'alaikum, Asyiha. Apa kenal dengan Alfath El-Farabi Abdullah? Dia datang ke saya, menanyakan kamu.

Kubaca berulang kali. Nomor dari Ustadzah Lupi hanya satu. Berarti... Ucapan Alfath tadi pagi benar dibuktikan?

Kalau saja Alfath bukan lelaki yang kucintai, sudah jelas aku tak memikirkan ini. Karena lelaki asal-asalan mengajak menikah, lebih baik diabaikan.

Nomor Ustadzah Lupi muncul, menyatakan sedang memanggil nomorku.

"Assalamu'alaikum, Ustadzah?"

"Wa'alaikumussalam, Syiha. Sudah baca pesan dari saya? Cuma mau membenarkan."

"Ah, iya sudah. Dia pelanggan salad buah Asyiha, Ustadzah."

Ustadzah tertawa di ujung sana.

"Ceritanya tumbuh cinta dari salad buah ini, ya?"

Diam. Aku cuma diam.

"Dia nggak ada Ustadz, ya? Datangnya sendiri, alhamdulillah ada suamiku. Dia sudah kenal dekat kamu belum?"

"Belum, Ustadzah. Kita sama sekali nggak kenal."

"Mau saling mengenal berarti. Asyiha udah ada cv belum? Kalau ada, bisa dikirim ke saya, ya."

Al-FathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang