HALOO!!
Apa kabar? Baik? Aku juga. Hm, ternyata kita sama. Jangan ... jangan ... kita ....Dah ah nggak jadi. Aku udah nggak sabar buat baca komentar komentar kalian yang bikin aku senyum-senyum sendiri.
Dah ya, capcusssss...
————
Sudah satu minggu semenjak kejadian di kantin. Sasi dan Arus tidak bertegur sapa. Arus hanya melewati Sasi setiap kali mereka berpapasan.
Sasi jadi tidak enak sendiri. Perihal Sasi menampar Arus di muka umum, itu adalah kesalahan terbesar Sasi.
Sepertinya Sasi harus meminta maaf duluan. Arus kan hanya berusaha membelanya, tapi Sasinya yang tidak tahu diri. Huh.
————
"Sas," panggil Melodi.
Keduanya saat ini sedang berada di kelas menunggu guru datang setelah istirahat pertama.
"Iya, Mel?" jawab Sasi sambil mencoret-coret nama Sagara di buku tulis bagian belakang.
"Kamu sama Arus masih marahan?" tanya Melodi.
Sasi menghentikan aktivitasnya, menoleh pada Melodi, lalu menghembuskan nafas lelah dan mengangguk. "Gue bakal minta maaf kok, Mel sama Arus."
Melodi mengangguk setuju. "Iya, yang waktu itu emang menurut aku, kamu keterlaluan."
"Ya gimana, kalau nggak gitu Arus bakalan nggak sadar dan mukul Sagara terus."
Melodi tersenyum. "Percaya nggak sih, orang kayak aku gini setuju sama Arus yang mukul Sagara," komentar Melodi.
Sasi menoleh, "Really?" tanyanya dengan wajah tak percaya.
Melodi mengangguk. "Iya, aku rasa emang pantes Sagara dapet pukulan itu."
"Nanti gue bakal ngomong sama Arus. Semoga aja dia mau maafin gue."
Melodi mengangguk setuju. Lalu keduanya sibuk dalam buku masing-masing.
————
Bel istirahat kedua telah berbunyi, Sasi saat ini berada di koridor 11 IPS, mengedarkan pandangannya mencari sosok Arus.
Dan, di sanalah Arus baru saja keluar dari kelasnya dengan seragam berantakan, dasi longgar, gaya yang masa bodoh dan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
"Arus ...."
Arus hanya menoleh sebentar, lalu kembali berjalan ketika melihat Sasi memanggilnya.
"Arus berhenti dulu. Ada yang mau gue omongin." Sasi menahan tangan Arus.
"Ngomong apa?" tanya Arus.
Entah kenapa, Arus tetap tidak bisa ketus dengan Sasi. Selama ini dia mendiami Sasi dengan susah payah.
"Ya nggak di sini juga, masa ngomong di tengah koridor," jawab Sasi polos lalu mengedarkan pandangannya.
"Itu, di situ aja teduh." Tunjuk Sasi pada bangku pinggir lapangan outdoor yang di sekitarnya ada pohon.
Arus mengangguk lalu berjalan bersama Sasi.
"Ini tuh seragam dimasukin, bukan di luar kayak gini," tegur Sasi pada seragam Arus yang berantakan. Kini keduanya sudah duduk di bangku.
Arus hanya berdecak malas, tapi tetap memasukkan seragamnya sesuai perintah Sasi. "Bukan gue banget kalo begini." komentar Arus ketika melihat seragamnya yang sudah tertata rapi. "Udah kayak Bu Leha aja lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCOGER : Memilih [COMPLETED]✔️
Novela JuvenilJANGAN DI COPAS! PERCAYALAH, AKU MEMIKIRKAN JALAN CERITA INI SAMPAI OTAKKU HAMPIR MELEDAK. JADI JANGAN TEGA MENCOPASNYA🥺 Sudah sekitar satu tahun ini Sasi Kirana menyukai Sagara Mahaprana. Mungkin sekitar seratus lima puluh kali Sasi menyatakan cin...