Haii, hujan-hujan gini enaknya baca ESCOGER biar dingin kan ES 🤣 apaan sih 🤭🤭
Jangan lupa follow @penajourneyku di instagram ya. Aku berharap kalian suka part ini 🙆🏻♀️🙆🏻♀️🙆🏻♀️
Happy Reading~
—————————
Sasi turun dari motor Sagara. Hujan sudah reda, tetapi seragam Sasi benar-benar basah total dengan jaket yang dipakainya.
"Helmnya gimana?" tanya Sasi.
"Gue bawa?" ucap Sagara ragu.
Dia agak gengsi, nanti kesannya biar Sasi bonceng dia terus lagi.
Sasi mengerling jenaka. "Oh, lo bawa, biar gue sering nebeng ya," goda Sasi.
Tuh kan!
"Terserah." Sagara mengedikkan bahunya.
Sasi lalu melepas helmnya dan diberikan ke arah Sagara masih dengan senyuman jenaka.
"Nih, biar diboceng Sagara terus."
Sagara mendengus, namun tangannya tetap menerima helm Sasi.
"Masuk, mandi. Gue pulang dulu," pamit Sagara.
Sasi mengangguk. "Hati-hati ya Sagara ganteng," ucap Sasi sambil memiringkan kepalanya dan tersenyum sangat cantik.
Sagara mengangguk lalu tangannya terulur ke puncak kepala Sasi. "Jangan, senyum secantik ini ke orang lain. Terutama Arus, Paris sama Penta," ucap Sagara tiba-tiba.
Sasi terpukau dengan pipi yang memerah malu dengan sikap Sagara. Belum sempat Sasi tersadar dari keterpukauannya. Sagara sudah menjalankan motornya lebih dulu meninggalkan Sasi.
"Astaga, Sagara kok bikin mules." Sasi memegang perutnya yang terasa seperti ribuan kupu-kupu mendobrak keluar.
——————
Malam itu, Sasi membawa koper besarnya turun melewati satu persatu anak tangga.
Sinta duduk di sofa memperhatikan anak perempuannya. Rasa bersalah menggelayutinya, tetapi mungkin memang jalan terbaik. Sinta merasa, dia bukan ibu yang baik untuk membesarkan Sasi. Sinta terlalu sibuk dengan dunianya, dia tidak mau Sasi kekurangan kasih sayang. Hingga, dia memutuskan untuk membiarkan Sasi tinggal dengan Bram dan Sarah. Lagi pula, calon suaminya Aryo meminta Sasi untuk tinggal dengan mantan suaminya itu. Aryo dan dirinya memiliki rencana untuk keliling dunia mengurus bisnis. Sasi tidak bisa ikut karena akan membuat repot pindah-pindah sekolah.
"Sudah siap?" tanya Sinta.
Sasi hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Sinta.
"Papa kamu udah di depan," ucap Sinta sambil membantu Sasi membawa koper.
"Nggak usah dibantu, Mah," ucap Sasi dingin.
"Kenapa?" tanya Sinta bingung.
Sasi menatap mata Sinta penuh luka. "Karena terkesan kalau Mama, mau buru-buru aku pergi dari rumah ini," ucap Sasi lirih.
Setelah berucap itu, Sasi menarik kopernya dengan cepat menuju luar rumah. Dia tidak mau hatinya semakin tercabik-cabik.
"Sasi!" panggil Sinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCOGER : Memilih [COMPLETED]✔️
Dla nastolatkówJANGAN DI COPAS! PERCAYALAH, AKU MEMIKIRKAN JALAN CERITA INI SAMPAI OTAKKU HAMPIR MELEDAK. JADI JANGAN TEGA MENCOPASNYA🥺 Sudah sekitar satu tahun ini Sasi Kirana menyukai Sagara Mahaprana. Mungkin sekitar seratus lima puluh kali Sasi menyatakan cin...