Hai, apa kabar kalian? Belom bosen ya nungguin ESCOGER 🤭🤭 maaf telat banget updatenya 😁😁
Buat kalian yang baca ESCOGER dan suka sama ceritanya, jangan lupa rekomendasikan cerita ini ketemen-temen kalian. Rekomendasi di Facebook, story WA, story Instagram dah mana-mana lah 💛💛💛💛
Jangan lupa follow akun @penajourneyku di Instagram
Udah ready buat berbawang-bawang? Yuk, langsung aja, jangan lupa dengerin lagu di mulmed 😁 semoga feelnya sampai ke kalian ❤️
Happy Reading~
——————————
"Ayahku ... gugur, Sas."
Selesai mengatakan itu, Sagara melepas genggaman tangan Sasi dan berlari terburu-buru.
Sementara gadis itu mematung memandang punggung Sagara yang semakin menjauh. Kabar tiba-tiba itu membuat Sasi benar-benar terkejut. Bahkan untuk sekedar menguatkan cowok itu, rasanya Sasi tidak mampu.
Sasi berjalan lesu ke arah kursi kosong di lobby. Tubuhnya terasa lemas. Bagaimana tidak, rasanya baru kemarin dia bertemu ayah Sagara. Lalu ... pria paruh baya yang masih gagah itu dikabarkan gugur. Entah kenapa Sasi merasa sangat sedih. Pikirannya tertuju pada Sagara. Apakah cowok itu akan baik-baik saja?
Lamunan Sasi buyar ketika ponselnya berdering.
Paris calling ...
Sasi mengangkat telfon dari Paris dengan gemetar.
"Halo."
"Sas, lo masih di Mall? Gue tadi ditelfon Sagara buat jemput lo."
Sasi meneguk ludahnya susah payah. "Iya, gue masih di mall." Suaranya seakan tercekat.
"Oke tunggu ya, gue jemput lo sekarang!"
Clik.
Telfon itu dimatikan sedetik setelah Sasi mengangguk meski Paris tidak melihatnya.
Sasi menjauhkan ponsel dari telinganya dengan tangan gemetar, kedua tangannya terasa sangat dingin. Sasi merasa menggigil dan linglung. Air mata yang perlahan menggenang di pelupuk mata susah payah dia tahan.
Kurang lebih setengah jam Sasi duduk terdiam di lobby, Paris datang menghampiri dia dengan wajah khawatir.
"Sasi, lo kenapa?" tanya Paris membungkuk di depan Sasi.
Sasi menatap Paris, dia dengan cepat memeluk pria di depannya. "Ayah Sagara gugur, Ris," ucap Sasi terisak. Isak tangis yang dia tahan sejak tadi akhirnya tumpah.
Paris mematung mendengar ucapan Sasi. Pasalnya, tadi Sagara hanya menelponnya untuk menjemput Sasi tanpa alasan lain.
Paris pun membalas pelukan Sasi, tangannya mengusap punggung Sasi pelan. "Sssttss ... tenang dulu ya."
Pelukan keduanya tidak luput dari pandangan pengunjung yang melewati lobby.
Beberapa saat Paris menenangkan Sasi dengan mengusap punggung gadis itu. Perlahan, Sasi mengurai pelukan mereka. Hidung Sasi memerah dengan mata yang sedikit sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCOGER : Memilih [COMPLETED]✔️
Fiksi RemajaJANGAN DI COPAS! PERCAYALAH, AKU MEMIKIRKAN JALAN CERITA INI SAMPAI OTAKKU HAMPIR MELEDAK. JADI JANGAN TEGA MENCOPASNYA🥺 Sudah sekitar satu tahun ini Sasi Kirana menyukai Sagara Mahaprana. Mungkin sekitar seratus lima puluh kali Sasi menyatakan cin...