promosi

652 66 9
                                    

Temaram lampu jalan menjadi satu-satunya teman wanita yang kini tengah berjalan gontai disepanjang jalanan, angin musim gugur yang terasa menusuk tulang tidak membuatnya menggigil, ia kedingingan,,hanya saja hatinya lebih sakit dan terasa beku, hi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Temaram lampu jalan menjadi satu-satunya teman wanita yang kini tengah berjalan gontai disepanjang jalanan, angin musim gugur yang terasa menusuk tulang tidak membuatnya menggigil, ia kedingingan,,hanya saja hatinya lebih sakit dan terasa beku, hingga rasa dingin ditubuhnya bukanlah apa-apa,,langkahnya terseok dengan keringat dingin yang semakin banyak membasahi wajah pucat berlinang air mata itu,,hingga akhirnya ia terjatuh dengan isakan yang terdengar menyayat hati.


"Jiyeon." panggilan itu membuatnya mendongak,,dan mendapati adik iparnya,,kembaran suaminya yang menatapnya khawatir.

"Apa yang kau lakukan disini, Jiyeon? Dimana Jungkook? Bagaimana bisa dia membiarkanmu seperti ini?"Wendy menghampiri Jiyeon dan merangkulnya untuk masuk kedalam mobil, namun Jiyeon menggeleng dan menahan tangan Wendy dengan tatapan sendunyunya.

"Aku baru saja dari rumah sakit, ada sesuatu yang harus aku urus."

"Ya sudah,, aku akan mengantarkanmu pulang Atau kau ingin menelpon Jungkook?" Wendy sudah akan mengeluarkan ponselnya namun sekali lagi Jiyeon menahannya dan menggelengkan kepalanya, menatap Wendy dengan senyum sendu.

"Jungkook masih dirumah sakit,,kau tidak kesana? Kudengar Mom Jieun sudah sadar?"

"Ya, ini aku akan kesana, kau kau ikut? Mungkin Jungkook disana, ayo."

Sekali lagi Jiyeon menggeleng, membuat Wendy mengerutkan keningnya binggung dengan kakak iparnya itu.

"Masih ada beberapa hal yang harus aku urus,,sebaiknya kau segera pergi kerumah sakit, aku bisa mengurus diriku sendiri." sekali lagi Jiyeon tersenyum dengan raut sendunya,,membuat perasaan Wendy diliputi gelisah apalagi saat melihat bagaimana hidung Jiyeon mengeluarkan darah.

"Hidungmu,,Jiyeon."guman Wendy membuat Jiyeon langsung menutup hidungnya dan berdiri,,lalu beranjak dengan tergesa-gesa.

"Sampaikan salamku untuk Jungkook,,aku sangat mencintainya."ujar Jiyeon lalu menghentikan taksi dan pergi meninggalkan Wendy yang masih mematung ditempatnya.


------


"Brengsek!! Sial!!" umpatan terus saja terlontar dari bibirnya setelah mendengar semua cerita dari ibunya yang baru saja sadar dari koma,,membuatnya merasakan penyesalan seumur hidup karena telah menyakiti wanita yang bahkan sejak lahir selalu merasakan kesakitan itu, jauh sebelum dirinya ikut menyumbang banyak rasa sakit yang mampu menghancurkan wanita itu hingga akhir.

Ia terus menghubungi nomor istrinya, seseorang yang selalu ia sakiti baik batin maupun fisiknya,,kenangan-kenangan yang dulu menjadi kenangan membahagiakan karena berhasil menyakiti wanita itu kini berubah menjadi kenangan-kenangan menyakitkan yang mampu membunuhnya perlahan-lahan.

"Brengsek! Angkat teleponmu,,Jiyeon"pria itu adalah Jeon Jungkook yang kini terus mengumpat dengan hati penuh kecemasan menelpon sang istri,,namun hanya suara operator yang menjawabnya. Saat ia ingin kembali menelpon istrinya ponselnya berdering,,membuat Jungkook mengumpat karena bukan Jiyeon yang menelponnya melainkan kembarannya.

"Wae?! Cepat kerumah sakit! Mom mencarimu."

"Ada apa dengan suaramu? Semua baik-baik saja bukan? Tadi aku melihat Jiyeon."

"Brengsek! Dimana dia?!"umpat Jungkook membuat Wendy terlonjak ditempatnya.

"Waeyo? Dia sudah pergi menggunakan taksi,,katanya baru saja dari rumah orang tuanya dan masih memiliki beberapa urusan."

"Sial! Seharusnya kau menyeretnya dan membawanya padaku. Dimana kau sekarang?"suara Jungkook terdengar begitu emosi namun juga panik membuat Wendy dibuat semakin binggung, lalu saat ia menyebutkan dimana dirinya berada,,Jungkook langsung memutuskan sambungan telepon membuat Wendy memilih untuk langsung menuju rumah sakit.

----

Jiyeon menelan ludahnya susah payah saat melihat sebuah mobil yang mengikuti taksinya. Sang supir taksi pun mengatakan hal yang sama padanya,,membuat sang supir menambah kecepatannya.

Tubuh Jiyeon mengigil dengan keringat dingin yang semakin banyak membahasahi seluruh tubuhnya seiring dengan taksinya yang bertambah cepat.

"Ya tuhan, apalagi ini?"Jiyeon berguman dalam hati dengan jantung berdetak kencang,,membayangkan hidupnya benar-benar akan berakhir malam ini.

Dentuman yang cukup kencang membuat Jiyeon terbelalak,,lalu tepat saat itu ia merasakan taksi yang ditumpanginya oleng menabrak pembatas jalan hingga menimbulkan bunyi kencang sebelum akhirnya berguling.

"Ini benar-benar kematianku? Ya Tuhan,,menyedihkan sekali,,bahkan sampai akhir kau tidak mengizinkanku mendapatkan cinta dari Jungkook."Ujar Jiyeon miris, pening dikepalanya juga darah segar yang membasahi kening hingga bibirnya membuatnya tersenyum miris, bersiap dengan kematiannya meninggalkan dunia yang hanya memberikan kesakitan untuknya,,hingga sebuah tarikan yang cukup kuat membuat Jiyeon kembali membuka matanya.

"Aku tidak akan membuat ini menjadi mudah, saudaraku. Kau harus merasakan penderitaan lagi bahkan disaat ajal bersiap menjemputmu."










Ramein yuk guysss 😍 😍

👀 Fake Nerd boy _Jeondino_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang