The Fact

811 112 25
                                    

"Anak pertamaku yang laki-laki bernama Kim Hwa."

"Dan yang adiknya bernama Kim Hae."lanjut Jiyeon.

Jiyeon tersenyum hangat pada bayi mugil dihadapannya. Rasa bahagia begitu terlihat dari wajahnya.

"Nama yang indah."ucap Iriene.







Tok... Tok... Tok



Pintu terketuk,,masuklah dua suster.

"Waktunya bayi-bayi mungil ini di bawah keruangannya,,nyonya." ucap salah satu suster pada Jiyeon.


Jiyeon mengangguk sebagai jawaban lalu mencium kening sang anak pertama sebelum perpisahan. Lalu, ia memberikan bayi mungil itu ke suster yang ditugaskan membawa kedua bayinya untuk kembali keruangannya.

"Bisa berikan bayi mungil yang satunya? Aku ingin memberikan ciuman perpisahan."

Salah satu suster yang berada didekat ranjang bayi Kim Hae langsung memberikan bayi mungil itu ke arah Jiyeon. Ia melakukan hal yang sama mencium kening bayi itu dengan lembut. Tak lupa bisikan ' Mom mencintaimu ' ke telinga kecil mereka.

Usapan lembut pun Jiyeon berikan.

Kedua anaknya telah dibawah oleh suster yang bertugas.


"Sudah waktunya kau makan,,sayang. Dan setelahnya kau istirahat." titah Iriene.


Jiyeon mengangguk sembari tersenyum.


Jiyeon sungguh merindukan kehangatan seorang ibu kandungnya meskipun ibu angkatnya selalu memberikan kasih yang besar pula tapi rasanya akan berbeda.


Iriene duduk disamping Jiyeon dengan bekal yabg sudah penuh dengan makanan kesukaan Jiyeon dulu sejak kecil.

Ni
Iriene menyuapi Jiyeon dengan lembut,,ia sangat telaten menyuapi anak perempuamnya yang sudah besar itu.

Jiyeon memandang wajah sang ibu yang sudah mulai menua. Ia memandang wajah sang ibu dengan hati tenang dan bahagia..karena ia bisa bertemu dengan keluarganya kembali setelah sekian lama. Dan saat  bertemu pun,,sudah dalam keadaan berbeda.

"Mom."

Iriene yabg tengah mengaduk makananan digenggamannya pun terhenti ketika sang anak memanggilnya.

"Mom, kamsahamida sudah mempertaruhkan nyawa mom untuk melahirkan aku dan Lian. aku sudah merasakan perjuangan seorang ibu sangat besar. Dan aku sangat berterimakasih pada mom atas semuanya yang telah mom lakukam pada kami."

"Itu sudah tugas mom untuk mempertaruhkan kalian berdua..kalian berdua adalah hidup mom. Dan kalian berdua adalah dunia mom. Jadi kau tidak perlu berterimakasih pada mom,sayang."

Iriene bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri kening Jiyeon dan menciumnya sebagai kasih sayang seorang ibu pada anaknya.


Keduanya saling tersenyum bahagia.


"Mom ingin bertanya padamu. Apakah kau punya niatan untuk mempertemukan mereka dengan daddy-nya?" tanya Iriene dengan was-was.


Jiyeon langsung memandang dinding yang berada dihadapannya dengan tatapan kosong.

"Aku belum tahu mom untuk itu. Tapi, aku akan mempertemukan mereka bukan sekarang atau setelah aku keluar dari rumah sakit. Tapi nanti, setelah aku siap untuk bertemu dengannya lagi."balas Jiyeon sedikit lirih.


Iriene yang tau suasana hati anaknya menjadi buruk karna pertanyaan yang selalu menganggu dibenaknya.

Dan Iriene tahu pembahasan tentang Jungkook adalah larangan di manapun. Itu titah sang suami.

"Arraso. Maafkan mom telah menanyakan hal bodoh itu." sergah Iriene.

"Tidak apa-apa..mom tidak salah. Hanya saja aku terkadang masih mengingatnya meskipun semua perlakuan buruknya kepadaku. tapi bagaimanapun, aku hanya wanita bodoh yang masih mencintai seseorang pria yang kejam."

"Dan mencintai seorang mafia yang telah membunuh keluarga angkat dan uncle-uncle kesayangannya." lanjut Jiyeon dalam hati.

"Sudah-sudah..jangan di ingat-ingat. Ini waktunya kau harus istirahat agar kondisimu semakin baik dan kau harus merawat twins."


Jiyeon mengangguk lemah.


Jiyeon membaringkan tubuhnya membelakangi ibunya.


Iriene hanya menghela nafasnya..ia tahu jiwa anaknya sedikit terganggu. Itu yang di katakan dokter psikolog dan ia melewati batas dengan menanyakan pertanyaan yang membuat psikis sang anak semakin buruk.


Sedangkan disisi lain,,tangan Jiyeon dijadikan bantal kepalanya.




Tes.


Tes.


Air mata pun mengalir dengan tenang dipipi-nya.

Semua kenangan begitu saja tergambar jelas diingatannya. Isakan Jiyeon di tahan. Ia mencoba bersikap biasa seperti orang tidur agar ibunya tidak merasa curiga dan semakin membuat merasa bersalah karna menanyakan suatu hal yang berhubungan dengan hal yang selama ini menganggu pikirannya.


Suatu hal itu adalah suami mafianya.




------------------

👀 Fake Nerd boy _Jeondino_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang