Chanpter 93

720 100 43
                                    

Di sudut pojok mall dibalik dinding,seorang pria dengan pakaian santainya tengah memantau targetnya. Ia hanya butuh sedikit waktu agar rencana yang ia susun berjalan dengan mulus.

"Oppa, aku ingin buang ail kecil." pinta Kim hae tiba-tiba.

Kim Hae nampak menahan buang air kecilnya yang terlihat jelas ekspresi wajahnya.

"Tunggu Mom saja, nanti Mom khawatil saat melihat kita tidak ada disini." Kim Hwa mencob menasehati adiknya agar menahan sedikit lebih lama.

"Tapi aku sudah tidak kuat, oppa."pinta Kim Hae dengan wajah memohonnya.

"Baiklah,tunggu disini. Aku akan bilang ke Mom."

Kim Hae mengangguk.

Kim Hwa berjalan menuju sang ibu dengan langkah kecilnya. Namun langkahnya terhenti karena begitu banyak orang dewasa yang menghalangi jalan kecilnya menuju sang ibu yang sedang melakukan transaksi dikasir toko.

Kim Hwa pun berdiri didekat ibunya ditarik-tariknya gaun sang ibu dengan lumayan keras.

Jiyeon yang merasa gaun bawahnya ditarik langsung membuag pusat perhatiannya ke arah bawah kakinya ada Kim Hwa,sang putra.

"Terimakasih."ujar Jiyeon dengan senyum ramah dan menerima bungkusan mainan kedua anaknya dalam 2 plastik besar yang berbeda.

"Hae, kenapa disini? Dimana adikmu?" tanya Jiyeon binggung. Anak lelakinya datang padanya sedangkan anak perempuannya tak terlihat.

"Hwa ingin buang ail kecil,dan aku memanggil Mom. Kalna tidak mungkin aku mengantal Hwa, nanti Mom khawatil "

Jiyeon tersenyum karena sikap Hae yang begitu dewasa.

"Baiklah ayo kita ke adikmu." ajak Jiyeon dengan menggandeng tangan kecil Hae dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya membawa 2 mainan kedua anaknya.

Suasana toko yang sangat ramai dikarenakan sedang pada suasana liburan musim panas,membuat langkah kaki Jiyeon dan Hae terhalang dengan pengunjung lain.

Namun, saat mereka sudah tiba di bangku yang menjadi tempat tunggu Hae dan Hwa, disana tidak ada keberadaan anak perempuannya.

"Hae,kemana adikmu?" tanya Jiyeon pada putra kecilny dengan khawatir.

"Tadi dia disini,Mom."tunjuk Hae pada bangku yang menjadi tempat tunggunya dengan sang adik.

Hae menengok ke kanan kiri untuk memcari keberadaan sang adik yang tiba-tiba menghilang.

"Tapi Hae kemana?" Jiyeon mulai panik, karena ia sangat kenal putri kecilnya itu jika berada ditempat yang ramai seperti ini.

Hae, bocah kecil yang tidak bisa ditinggal ditempat ramai karena putrinya itu akan merasa panik dan berjalan kemanapun untuk mencari oranf yang bocah kecil itu kenal. Dan itu adalah bencana bagi Jiyeon jika itu terjadi.

Rasa khawatir dan Jiyeon terus mengerutuki dirinya yang begitu lengah menjaga sang anak. Ia tidak bisa menyalahkan putranya, karena niat baik putranya yang memberitahukan dirinya kalau putrinya sudah menahan buang air kecilnya. Dan sekarang ia binggung harus melakukan apa.

"Ayo kita cari adikmu."langkah Jiyeon sedikit cepat,dengan Hae yang mengikuti langkah ibunya yang sedikit cepat.

Jiyeon begitu panik,setiap orang yang berada disekitar toko ditanyanya. Namun, tak ada sama sekali yang melihat sosok putrinya.

Jiyeon berlari mencari putrinya di kamar mandi serta setiap bilik,namun nihil.

Dengan rasa khawatirnya dan panik, Jiyeon mengendong Hae dalam pelukannya dengan membawa belanjaan kedua anaknya. Berlari sedikit cepat ke arah bagian informasi tempat belanjaan.

"Mom, maaf kalna aku tidak bisa menjaga Hwa." ujar Hae dengan kepala tertunduk.

"Hey boy, anak Mom jangan sedih. Kamu tidak bersalah sayang, kamu anak Mom yang baik, sekarang kita cari adikmu ya? Jangan menangis,nanti Mom ikut menangis. Hae mau Mom menangis?"

Hae menggelengkan kepalanya.

"Yasudah jangan cemberut. Senyum."

Hae pun tersenyum meskipun tak sepenuhnya tersenyum.

"Ada yang bisa saya bantu,nyonya?"tanya penjaga mall.

"Tolong saya,anak saya hilang. tadi saya hanya meninggalkannya saat membayar belanjaan anak-anak saya."jelas Jiyeon terlihat panik.

"Maaf nyonya,lalu anak ini?"tanya petugas wanita bagian informasi.

"Ini anak saya,kembarannya hilang,anak saya yang hilang perempuan, tolong bantu saya." mohon Jiyeon.

Jiyeon sudah merasa ingin menangis saat melihat putrinya hilang tak ada jejak, semua pikiran jelek begitu saja singgah dipikirannya.

"Bagaimana ciri-ciri-nya, nyonya?"

Jiyeon memberikan foto Hae dengan Hwa yang tersenyum.

"Anakku, menggunakan pakaian merah muda bajunya bermotif bunga-bunga,rambutnya dikepang dua dengan jepitan rambut kelinci."jelas Jiyeon.

"Baik nyonya, sekarang anda diharap tenang dulu,saya dan anak-anak buah saya akan mencoba mencari anak anda. Tapi sebelumnya tolong,anda jelaskan kejadiannya sepertia apa dan toko mana anda kehilangan anak anda."ujar salah satu petugas.

Saat Jiyeon ingin menjelaskan,ponselnya berdering.

"Dad."Jiyeon langsung merasa ingin menangis,terdengar dari suaranya.

"Ada apa, Nak? Apa terjadi sesuatu dengan kalian?"tanya Suho dengan nada khawatir.

"Hwa hilang,Dad."ujar Jiyeon sambil menangis tak bisa menahan tangisnya yang ia tahan.

Hae mengelus lembut tangan sang ibu,mencoba untuk menenangkan. Terkadang disituasi yang membutuhkan untuk menenangkan, Hae selalu ada untuk ibunya,meskipun umurnya masih tergolong masih anak-anak ,namun sikapnya dan perilakunya sama seperti orang dewasa.

"Apa??" Suho terkejut diujung sana.

Hae yang mengerti keadaan sang ibu yang begitu panik,mencari adiknya hanya diam. Hae pun ikut merasa bersalah, karena dirinya ibunya menangis.

"Dad dan kedua oppa-mu akan kesana sekarang,jangan kemana-mana. Dimana kau sekarang,Nak?"tanya Suho dengan menahan nada marah serta bersikap tenang meskipun dalam dirinya tak bisa tenang,karena ini menyangkut dengan kedua cucu kesayangannya.

"Aku dibagian informasih ,Dad. Datanglah cepat,aku tak tahu harus apa." tangis Jiyeon semakin-makin deras keluar dari matanya.

"Minta tolonglah pada pihal mall, Dad akan datang. Jaga diri dan jaga Hae."

Jiyeon mengangguk dan sambungan telepon pun terputus.

"Nyonya, jadi bagaimana kejadiannya?"





***



👀 Fake Nerd boy _Jeondino_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang