kota Jogja yang menyenangkan

72 54 31
                                    

Jam empat sore ..

Melewati hutan lagi, sedikit ramai lalulalang kendaran mulai dari mobil, sepedah motor hingga sepedah ontel petani ikut berjuang menapati bukit.

"Perjalanan masih jauh ya?"tanyaku, bola mata melirik ke kanan dan ke kiri. Melihat hamparan pohon hijau tumbuh di sisi jalan.

"Sebentar lagi, mungkin satu jam kurang," jawabnya

"Kak, besok antar Rani jalan-jalan ya." Pinta Rani. Ia duduk bersila di kursi belakang, bibirnya tak berhenti bersenandung lagu yang sedang ia dengarkan.

"Hmm, boleh?" Tanganya mengelurkan satu batang rokok dari saku kanannya.

"NGGAK!" seruku, membuat nya mengurungkan niat untuk menyulut rokok

"Kak, kamu kan bukan ceweknya." Sindir Rani, membuatku terdiam dan mengunci bibir.

"Tau ngga Ran, kakak kamu ini sepesial." Tatapnya,

"Spesial?" Raut wajah Rani mengerut, alis nya naik ke atas satu. Bahkan, saat Dira belum menyelesaikan ucapannya, terdengar suara tawa dari Rani.

"Kenapa tertawa?" Pelikku kesal

"Karena, dia calon istri kakak." Dira sambil menyulut sebatang rokok, menatap lagi jalanan untuk lebih berkosentrasi mengendarai mobil.

"Kacanya buka semua Ran!" Seruku, membuat Rani membuka kaca jendelanya

"Kenapa?" Tanya Dira

"Aku benci asap rokok! "

"Oh, kalau sama aku. Benci juga?" Tanyanya

"Aku benci rokok dan asap, bukan orangnya." Gumamku.

"Kirain benci sama orangnya juga."

"Dikit." Godaku, aku hanya tersenyum membuat simpul yang manis.

"Apa yang kamu benci dari aku?" Tanya Dira penasaran, lalu melihat Rani sudah tertidur dari kaca spion depan.

"Kamu, manis! " Bisiiku ditelinga Dira

"Tapi kamu suka kan?" Dira membisikkan balik kata kata itu, menggelitikku dan mengacak rambutku yang sudah tertata rapi.

"Iyah, aku suka." tatapku, mencubit pipinya lalu kembali menatap kaca.

Ternyata aku sudah menapaki kota Jogja, kembali ke kota ini. Mengenang masa kecilku dengan tante yang sering membawaku pergi berkeliling tugu atau hanya berfoto ria di jalan malioboro.

Sesampainya di rumah tante. Terlihat ibu sedang duduk bersama saudara lainnya, tampak berbincang mengenang semua tentang tante Er. Sedangkan, saudara lainnya terlihat menikmati kopi dan roti yang tertata rapi di piring.

"Assalamualaikum." sapa ku

" Walaikumslam" jawab ibu menghampiriku, tante dan om mengikuti ibu dari belakang. Penasaran dengan Dira, mungkin ibu sudah menceritakan semua tentang calon mantu ibu itu.

"Bu." Sapa Dira mencium tangan ibu

"Makasih ya Dir, udah nganter anak-anak ibu jauh jauh kesini." senyum ibu

"Dengan senang hati bu." jawab Dira sambil mengangkat koper masuk kedalam rumah.

"Kenalin ini adik ibu." ibu mulai mengenalkan Dira kepada saudaranya satu persatu, terlihat raut wajah mereka mengagumi wajah Dira yang ganteng.

"Ganteng, pacar Rinjani ya ? " Tanya seorang kerabat

"Bukan Bu." jawab Dira santai

"Loh, terus siapanya?" dengan logat medok jawa nya, ia mengelus punggung Dira yang hanya tersenyum kecil.

Tentang Rasa  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang