Pelukan hangat Dira menyisahkan waktu yang semakin larut, tak terasa sudah kaleng ke dua ku minum. Pikiranku sudah kosong.
dipenuhi dengan banyaknya beer yang masuk ke lambung, membuat perasaan yang ngga enak diperut. Terasa begitu penuh dan begah."Dir, aku mau tidur."
"Iya, sini ku bantu. Sudah cukup dua gelas saja!" seru Dira mencoba membopongku ke dalam rumah.
"Aku mau tidur disini aja." Ku lepaskan pegangan Dira membuat tubuhku tersungkur di lantai.
"Aish, bikin susah aja !" Gerutu Dira mencoba mengangkat tubuhku kedalam dengan sekuat tenaga.
"Apa!" Ku tatap wajahnya dengan perasaan kesal, tapi masih saja belum bisa berdiri dengan kaki ku sendiri.
"Iya, maaf ." Dira berusaha mengangkat tubuhku untuk sekian kalinya, setelah berkali-kali tubuhku terjatuh. Membuatnya menatap wajahku dengan serius agar aku tak berulah lagi.
Tubuhku ada di tangannya, rasa hati semakin bergemuruh seperti petir yang lagi berperang dengan awan diluar sana. Hujan sudah turun dengan lebat, membuat bau yang ku sukai datang masuk ke dalam saluran pernafasan. Aku, sedikit melihat wajah Dira yang kebasahan, tapi lagi-lagi mata tak bisa terbuka, terlalu berat karena kepala seperti dipenuhi batu krikil.
"Hujan ya ?"ku tatap wajahnya, saat tubuhku masih ia gendong menuruni tangga dari atas balkon.
"Iya." dia hanya membalas senyumku lalu mengantarkanku kembali ke kamar.
"Mau ice cream." tatapku memohon, membuat Dira harus keluar rumah untuk mencari ice cream ditengah hujan seperti ini.
"Baik, kamu dirumah aja!"
"Ikutt." Ku keluarkan jurus manjaku, mengikutinya dari belakang walaupun jalanku tetap sempoyongan, Dira hanya menggelengkan kepala lalu tertawa kecil melihatku.
Di jalan, aku dan Dira mencari minimarket yang masih buka 24jam, hanya karena ice cream Dira tetap terjaga hingga selarut ini
"Itu ada minimarket buka!" seruku senang, kakiku tak bisa diam ketika apa yang aku ingin akhirnya dapat juga.
"Iya." Dira menepikan mobilnya, saat masih hujan deras. "Tunggu aku di sini!"
Dira meninggalkanku didalam mobil, membelikanku ice cream yang ku suka.Tak lama Dira datang dengan ice cream cone rasa stawbery kesukaanku. " Makasih Dira " senyumku.
"Merepotkan! " gerutu Dira kesal, raut wajahnya cemberut mungkin karena sudah ku ganggu waktu tidurnya.
"Mau?" Tingkahku seperti orang konyol, tertawa tanpa tau keadaanku. Sepertinya menyenangkan jika ada masalah seperti ini, minum sedikit , tertawa dan melantur mengeluarkan uneg-uneg yang mengganjal di hati.
Dira hanya melihatku, tertawa dengan tingkahku, memakan ice cream seperti anak kecil. Blepotan kemana mana.
Laki-laki itu sigap mengusap bibirku dengan sehelai tisu. Membuat manik mataku beradu dekta dengan nya."Dir!" membuat Dira menjadi salah tingkah, lalu cepat-cepat menghidupkan mobil dan pergi menapaki aspal menuju vila.
melewati hutan pinus lagi dengan gelap nya malam, hanya berberapa lampu jalan yang menyala, selang seling dengan lampu yang mati .
"Ku bawa ke Bukit mau?" Tatapnya
"Bukit?"
"Iya, kita menyelinap masuk ke menara pantau dekat lembah." Ajaknya dengan semangat.
Mobil melaju ke arah menara. Dimana tempat mengawasi para pendaki yang melintasi jalanan curam setelahnya. Kendaraan terparkir jauh dan aku menysuri jalanan setapak yang licin. Banyak lumpur memenuhi alas kaki yang ku pakai. Hujan, telah membawa genangan dan air yang mengalir dari atas lereng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Fiksi RemajaIni ceritaku, dimana kisah kasih terlarang di mulai. Entah, mengapa bisa terlarang. Mungkin karena aku jatuh hati kepada sahabatku sendiri, di saat aku sedang menjalin rasa dengan Dhani, laki-laki yang menyebutku "sayang". Hidupku semakin runyam. S...