hancurnya hubunganku dengan Dhani

117 83 11
                                    

Berjalan ke arah gedung tua yang kosong, tempatku dan Dira saling menyatu dengan alam , menyatu dengan suara bising klakson , menyatu dengan gemerlapnya lampu kota .

"Sampai deh." Kakiku menapaki bumi setelah tergantung di stand motor berberapa waktu.

"Akhirnya kesini lagi." Dira memandang sekeeliling gedung, tanganya melengkung ke pinggan dan kepalanya mendongak ke atas, melihat gedung lima lantai yang terbengkalai.

"Masuk yuk." kutarik tangannya. Menapaki tiap tanggga menuju ke atap gedung.

"Pelan pelan, nanti jatuh " Dira mengingatkan ku karena banyak genangan air bekas hujan di setiap sudut tangga.

Dira dan aku duduk di ujung gedung, disofa biru seperti biasanya. Memandang arah kota disaat senja sore datang, langit yang terhiasi pelangi samar samar nampak membuat lembayung semakin indah untukku.

"Dira, kenapa kamu sangat baik?" Kutatap serius wajahnya, wajah laki laki yang benar benar ku cintai itu.

"Emang semua manusia jahat?" Tanyanya membalas tatapanku

"Ya ngga sih, cuma kenapa kamu ngga bisa marah ke aku?"

"Aku ngga akan bisa marah sama kamu. Bagaimana bisa aku tega melihatmu menangis. " Dira mengusap lembut pipiku

"Semoga akan selalu begitu." kusandarkan kepalaku dipundaknya, merasakan ketenangan yang ku inginkan.

"Sudah magrib, pulang yuk." ajaknya

"Sebentar lagi, lampu kota belum menyala semua," ucapku, menahan kakinya dan menggenggam tanganya

"Iya. " Dira beranjak duduk lagi, duduk disebelahku saat langit berubah menjadi biru malam.

Suasana mulai hening di atas gedung tapi riuh dibawah, lampu kota menyala membuatku kagum dengan rencana tuhan selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana mulai hening di atas gedung tapi riuh dibawah, lampu kota menyala membuatku kagum dengan rencana tuhan selama ini . Rencana Dira datang dikehidupannku saat aku butuh sosok laki laki tenang untuk menemaniku.

Lampu kota mulai menyala memanjakan mata, menenangkan hati. Hingga kurasakan angin malam berhembus dan mengusirku dari tempatku duduk.

"Back to realita!" Seruku, dengan simpul senyum ke arahnya.

"Realita. Kamu kira disini negri dongeng." tawa nya, tanganya tak berhenti mengacak acak rambutku yang sedikit basah.

"Sepertinya disini menyenangkan, sedangkan realita membuat hidupku lebih susah dan banyak berfikir."

"Iya deh, yang penting hatimu sudah senang kan?" Ku turuni satu per satu tangga yang tergenang. Hingga akhirnya, malam kembali dengan ketenangan. Iya, Dira tak lagi marah saat itu. Buat ku cukup untuk melanjutkan hari esoknya.

Kususuri jalan lagi, basah masih menggenangi sedikit sudut kota .
Gemuruh datang tiba tiba , membuat hujan deras datang . Terpaksa aku dan Dira berhenti dihalte bus yang kosong,
Sepi dan usang

Tentang Rasa  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang