Malam hari, sedangkan perjalanan kami masih jauh. Mobil Dira terparkir di bengkel milik teman pria yang menolong kami. Sedangkan aku, Rani dan Dira di antarkan menginap di sebuah vila dekat hutan tadi.
"Pak, maaf boleh pinjam telfon?" Tanyaku melihat sekeliling. Mencari ganggang telefon di setiap sudut ruangan.
"Boleh, silahkan."Aku berjalan kearah ganggang telfon di resepsionis vila yang ternyata milik sang pria itu.
"Assallmualaikum Bu." sapa ku
"Walaikusalam." jawab ibu dari sebrang telfon
"Bu, maaf mobil kami mogok ditengah hutan. Rinjani menginap di vila dekat bengkel,"ucapku memberi kabar agar Ibu tak menungguku datang.
"Iya, yang penting kalian selamat sampai sini." Timpal Ibu yang terlihat tenang, mungkin saat itu Ibu tak mau berfikir macam macam seperti biasanya. Ia masih bersedih karena tante Er meninggal.
"Tante sudah dikebumikan bu?"
"Sudah, tadi siang."
"Yaudah bu, Rinjani tutup dulu. "
"Iya, kamu hati hati ya."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumslam." kututup telfon Ibu dan kembali ke tempat Dira berdiri.
Kami berjalan kearah satu rumah dengan dua kamar didalamnya. terlihat lengkap dengan TV dan dapur.
"Untuk biaya sewa hanya 50%nya saja." Dira membuka percakapan membuat Rani menatapnya.
"Hah. Kok bisa " Tanya Rani
"Iya, katanya sekalian nolong kita."
"Hm, nolong tapi tetep disuruh bayar." Gerutuku, seperti manusia yang tak tau di untung.
"Udah baik di tolong, kalau ngga mau tidur aja di Hutan!" Seru Dira
"Iya, maaf," ucapku yang langsung masuk ke kamar untuk beristirahat
"Tunggu kak." Rani berjalan dibelakangku dengan koper yang ia bawa.
"Yaudah, kamu aja tidur situ. kaka tidur ruang tamu," ucapku setelah melihat hanya satu kasur single di kamar itu.
"Makasih kak." Rani langsung merebahkan badannya. Aku, berjalan kembali keruang tv dengan bantal dan selimut tebal di tangan.
"Kenapa?" Tanya Dira
"Dikamar hanya satu kasur, aku tidur disini aja."
"Tidur dikamar satunya, biar aku yang tidur di sini," ucapnya menawarkan kamar untukku.
"Kamu pasti lelah menyetir seharian, kamu tidur aja dikasur." kurebahkan badanku di sofa depan TV, merapikan selimut dan bantal agar terasa nyaman.
"Yaudah, mau mandi?"
"Nanti aja, dingin." jawabku
"Ada air hangat nya."
"Kamu duluan aja, aku masih capek," ucapku, kakiku meringkuk didalam selimut tebal membuatku hangat.
Tak lama Dira keluar dari kamar mandi bertelanjang dada, ia hanya memakai celana pendek di atas lutut. Laki-laki itu dengan santai berjalan ke arahku. Membuatku berteriak kecil karenanya.
"Astagfirullah, Dira!" Kedua tanganku menutup, sedangkan satu kelopak terbuka. Mengintip dari sela-sela jemari kecil ku.
"Kenapa?" Tanya nya, raut wajahnya bingung menatapku yang berteriak.
"Itu kenapa ngga pakai baju!" jawabku gugup, jari telunjukku menunjuk ke arah badan Dira yang tak memakai baju.
"Sexy ya." godanya mulai mendekatiku
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Dla nastolatkówIni ceritaku, dimana kisah kasih terlarang di mulai. Entah, mengapa bisa terlarang. Mungkin karena aku jatuh hati kepada sahabatku sendiri, di saat aku sedang menjalin rasa dengan Dhani, laki-laki yang menyebutku "sayang". Hidupku semakin runyam. S...