Setelah malam itu, aku mulai berfikir bagaimana dengan kami yang menjalani sebuah hubungan tanpa status. Jalinan terlarang dan kadang menyakitkan. Karena, aku akan marah ketika dia bersama gadis lain. Bahkan, hak gadis untuk Dira memang miliknya. Sedangkan aku hanya berstatus teman saja.
Friendzone ini membuatku bingung, bagaiamana harus bersikap dengan Dira. Karena, di sisi lain aku sudah punya Dhani. Laki-laki dengan status pacar. Entah, ada apa dengan kegalutanku saat itu. Bagaikan manusia serakah yang menginginkan dua pria sekaligus.
Pikiran itu terus menggeluti otakku, membuatku gusar dengan apa yang ku alami saat itu. Sehingga, aku kerap tak bisa memejamkan mata untuk tertidur saat malam tiba.
"Belum tidur nak,"sapa Ibu ketika melihat ku masih terjaga menatap langit-langit kamar.
"Belum Bu," ucapku bangkit dari posisi tidurku, menghampiri Ibu yang sudah duduk di ujung kasur.
"Lagi mikirin Dira ya?"
"Ngga bu, Rinjani cuma ngga bisa tidur."
"Sini Ibu pangku," ucapnya sembari menepuk kakinya.
"Iya Bu." Ku geser badanku dipangkuan ibu, ia tak berhenti membelai rambutku agar aku tertidur. Sama seperti saat Ibu menidurkanku waktu kecil.
---☀️☀️☀️---
Pagi yang indah membuat matahari bersinar terang dilangit, begitupun Awan berwarna biru muda pertanda tak akan datang hujan hari itu.
"Bu, Rinjani berangkat,"ucapku sedikit berlari ke arahnya.
"Sarapan dulu, kamu baru sembuh." Cecar Ibu
"Nanti bu," jawabku tersenyum dan berlalu menunggu Dira di depan pagar.
10menit ku tunggu, Dira juga belum datang. Tetapi, dari kejauhan ku lihat Dhani menemuiku didepan gerbang. Memberhentikan motor Ninja yang ia kendarai.
"Hai, " sapanya ramah.
"Iya," jawabku menimpali salamnya.
"Bareng ke sekolah yuk," ajaknya.
"Ngga usah. Aku bisa naik angkutan,"ucapku dengan nada datar.
"Masih marah ya?" Tanyanya dengan tatapan lesu. Sedangkan aku hanya menghiraukannya, netra ku tak berpaling dari jalanan yang sepi. Berharap, Dira datang dan bisa menghindar dari Dhani.
"Bukannya kamu ingin aku menghindar?" Tanyaku dengan nada ketus.
"Maafkan aku Rinjani," pintanya, memohon agar aku mau menerima maafnya.
"Maaf untuk apa?" Cecarku,
"Soal kemarin .... " Belum selesai penjelasan laki-laki itu, ku tinggalkan ia di depan rumah. Melangkah sedikit berlari ke depan gang dengan Dhani di belakang berusaha mengejarku.
"Tunggu!" Serunya dari belakang tubuhku, ku percepat lagi langkahku tapi Pandanganku sedikit bermasalah, melihat jalanan menjadi samar-samar. Dan akhirnya"Bruk" tubuhku terjatuh menimpa aspal kering, membuat Dhani berlari menghampiriku.
"Rinjani!" Seru Dhani dengan wajah khawatir dan segera membopong tubuh mungilku kembali ke rumah.
"Rinjani kenapa?" Tanya Ibu, ia langsung menaruh bunga yang ingin di tanam di dalam pot. Wajah khawatirnya tak bisa ia sembunyikan takkala mendapati aku yang tak sadarkan diri.
"Tiba-tiba pingsan Bu," jawab Dhani dengan aku yang masih ia gendong.
"Kenapa bisa pingsan?"
"Dhani ngga tau Bu, tadi tiba-tiba jatuh di depan," ujar Dhani, ia membaringkan tubuhku di sofa secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Novela JuvenilIni ceritaku, dimana kisah kasih terlarang di mulai. Entah, mengapa bisa terlarang. Mungkin karena aku jatuh hati kepada sahabatku sendiri, di saat aku sedang menjalin rasa dengan Dhani, laki-laki yang menyebutku "sayang". Hidupku semakin runyam. S...